Jakarta, Gatra.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp109,1 triliun pada Mei 2024. Nilai tersebut turun sebesar 7,8% secara year on year/yoy.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penurunan penerimaan tersebut diakibatkan utamanya karena terjadinya kontraksi pada cukai dan bea masuk pada Mei 2024.
Menurutnya, untuk bea masuk pada Mei 2024 tercatat sebesar Rp20,3 triliun, atau sekitar 35,4% dari target APBN. Penerimaan ini mengalami kontraksi sebesar 0,5%.
“Bea masuk ini mengalami kontraksi tipis 0,5%, penerimaan bea masuk memang mengalami kontraksi karena rata-rata tarif kita itu sudah menurun atau sangat rendah, penurunan tarif efektif kita adalah 1,4% menjadi 1,2% dan juga penurunan nilai impor sebesar 0,4%,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Kamis (27/6).
Kemudian, sejalan dengan penurunan yang dialami oleh bea masuk, penerimaan cukai juga terkontraksi sebesar 12,6% yoy. Penurunan tersebut diakibatkan oleh turunnya cukai hasil tembakau.
Lebih rinci, dalam paparannya Bendahara Negara itu menjelaskan bahwa, penurunan cukai hasil tembakau diakibatkan oleh shifting produksi dimana golongan 1 turun, sementara golongan II dan III naik. Lalu, tarif efektif mengalami tren penurunan sama seperti 2023, dan kebijakan relaksasi penurunan pelunasan cukai.
Selanjutnya, untuk penerimaan dari bea keluar justru mengalami pertumbuhan sebesar 49,6% yoy, menjadi Rp7,7 triliun pada Mei 2024. Pertumbuhannya tersebut dipengaruhi oleh BK tembaga sebesar Rp6,13 triliun atau tumbuh 1.135,5% yoy dampak implementasi kebijakan relaksasi mineral.