Jakarta, Gatra.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, penerimaan pajak terus melanjutkan tren perlambatan secara tahunan. Realisasi penerimaan pajak dari Januari hingga Mei 2024 mencapai Rp760,38 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, secara tahunan penerimaan pajak turun 8,4% dari Mei 2023 yang tercatat sebesar Rp830,5 triliun.
Kendati demikian, secara bulanan penerimaan pajak mengalami kenaikan dibanding dengan bulan sebelumnya yakni April 2024 yang sebesar Rp624,19 triliun.
“Itu naik kalau dibandingkan dengan Rp624,19 triliun pada April, bulan Mei kita sudah kumpulkan Rp760,38 triliun jadi 38,23%,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Kamis (27/6).
Lebih rinci, Sri Mulyani menjelaskan bahwa penerimaan yang paling besar dari Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas yang mencatatkan realisasi sebesar Rp443,72 triliun atau sebesar 41,73% dari total penerimaan. Namun, penerimaan ini mengalami kontraksi sebesar 5,41% dibanding bulan sebelumnya.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh melemahnya harga komoditas tahun lalu yang menyebabkan profitabilitas tahun 2023 menurun, terutama pada sektor terkait komoditas.
Kemudian, PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar Rp282,34 triliun atau sekitar 34,80% dari target APBN 2024. Penerimaan PPN dan PPnBM mengalami peningkatan sebesar 5,72%.
Sejalan dengan PPh nonmigas, PPh migas juga mengalami kontraksi sebesar 20,64%, menjadi sebesar Rp29,31 triliun pada Mei 2024. Adapun kontraksi tersebut diakibatkan adanya penurunan lifting migas.
Penyumbang terakhir adalah dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lainnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 15,03%, menjadi Rp5 triliun, nilai tersebut sekitar 13,26% dari target. Kontraksi tersebut utamanya disebabkan oleh tidak terulangnya pembayaran tagihan pajak pada 2023.