Purworejo, Gatra.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara, Jawa Tengah, menggelar Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami di Kabupaten Purworejo Tahun 2024. Acara tersebut dilaksanakan di Aula Pertemuan Desa Girirejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jateng, selama dua hari, Rabu–Kamis(19–20/6).
Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami dibuka oleh Bupati Purworejo, Hj. Yuli Hastuti dengan pemukulan gong, Rabu (19/6/2024).
Acara tersebut juga dihadiri Kepala Stasiun Geofisika Bajarnegara Hery Susanto Wibowo, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono, Kepala Balai Besar Wilayah 2 BMKG Hartanto, Plt Kalak BPBD Kabupaten Purworejo Dede Yeni Iswantini, serta Forkopimcam Ngombol.
Dalam sambutannya, Bupati Yuli Hastuti menyampaikan bahwa berdasarkan indeks risiko bencana tahun 2023, Kabupaten Purworejo berada pada ranking 7 Jawa Tengah dan ranking 278 nasional. Kabupaten Puworejo memiliki wilayah pantai sepanjang 25 km yang membentang dari perbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo hingga Kebumen.
“Keberadaan pantai di Purworejo yang menghadap langsung Samudera Indonesia itu, sangat berpotensi terjadinya bencana, khususnya tsunami yang biasanya terjadi setelah adanya gempa bumi. Apalagi di pesisir pantai selatan Jawa ada ancaman gempa megatrust yang bisa diikuti tsunami,” ungkapnya.
Bupati menjelaskan, berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, sebagian besar jenis bencana yang terjadi kecuali gempa bumi, biasanya masih dapat diketahui sebelumnya. Namun demikian, realitas yang terjadi menunjukkan bahwa kejadian bencana selalu saja memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian, baik harta benda maupun jiwa.
Dalam kesempatan ini, Bupati juga me-launching peta evakuasi tsunami Desa Girirejo dan menyambut baik adanya kegiatan ini. Karena sebagai salah satu upaya antisipasi dalam menghadapi kemungkinan bencana serta dapat meminimalisir terjadinya korban dan pada saat tanggap darurat bencana dapat dilakukan cepat, tepat, efektif, serta efisien.
Sementara itu, Hery Susanto Wibowo menambahkan, maksud dari Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami Kabupaten Purworejo Tahun 2024, adalah untuk penguatan UPT BMKG dan BPBD serta para stakeholder dalam memahami rantai peringatan dini gempa bumi dan tsunami.
”Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini di antaranya menguatkan koordinasi antara UPT Geofisika sebagai perpanjangan tangan BMKG pusat dengan stakeholder BMKG di daerah. Selain itu juga membangun sikap tanggap gempa bumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah, serta mewujudkan masyarakat siaga tsunami yang diakui secara nasional maupun secara internasional," jelas Hery.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, mengatakan, hasil kajian dan penelitian yang sudah disepakati oleh para ahli, Purworejo merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di pesisir selatan. Hal ini disebabkan karena terdapat sumber gempa megatrust yang berpotensi bisa mencapai kekuatan 8,7 magnitudo.
“Saya berpesan agar kita tidak boleh lengah dengan adanya potensi ini, karena terdapat potensi gempa bumi besar dan tsunami yang karateristiknya low frequency high impact,” katanya.
Sementara itu, Kades Girirejo, Wasidi, mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami ini. Ia menyebut, kegiatan mitigasi bencana seperti ini sangat bermanfaat bagi warga di pesisir yang berbatasan langsung dengan laut selatan atau Samudera Indonesia.
"Dengan kegiatan ini, kami akan mengerti bagaimana langkah mengurangi korban akibat bencana gempa bumi atau tsunami.. Bagaimana harus menyelamatkan diri. Saya sebagai pemangku wilayah benar-benar mengucapkan terima.kasih. Setelah ini, akan kami.sosialisasikan pada setiap kegiatan warga [pertemuan RT, Musdes dll]," kata Wasidi.
Sekolah Lapang ini diikuti oleh 70 peserta berasal dari Desa Girirejo, Ngentak, Wero, dan Pagak Kecamatan Ngombol serta Desa Kentengrejo, Kecamatan Purwodadi. Selain itu, ada pula peserta dari SDN Girirejo, SMPN 11, SMPN 30, dan SMKN 4 Pelayaran.