Jakarta, Gatra.com – Ahli Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti mengatakan, tidak masalah anak muda menjadi pemimpin atau mendapuk kekuasaan asalkan melalalui cara-cara berintegritas.
Bivitri dalam diskusi publik bertajuk “KKN: Komedi Putar yang Menguras Uang Rakyat” di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dikutip pada Selasa, (11/6), ia menyampaikan, usia bukan terlalu persoalan, namun bagaimana cara mendapatkan kekuasaan tersebut.
“Dipimpin muda biasa saja. Yang masalah bukan di umur tapi di cara mendapatkan kepimpinan. Bukan masalah umur,” ujarnya.
Lebih lanjut Bivitri menyampaikan, menolak apabila anak muda mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara yang tidak berintegritas. Ia menegaskan, bukan soal umurnya, tetapi soal bagaimana anak muda memperolehnya.
“Tapi cara dia naik tidak berintegritas, buat saya masalah besarnya di situ. Kita semua harus berangkat dari situ menolak cara-cara dapatkan jabatan dengan hal-hal yang sifatnya melanggar kepantasan. Kita sekarang lebih baik bicara kapastias kepemimpinan,” ujarnya.
Senada dengan Bivitri, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, menyampaikan, usia tidak menjadi begitu persoalan untuk menjadi calon pemimpin, tetapi dalam pencalonannya tidak boleh ada praktik nepotisme.
Dalam mencari calon memimpin, lanjut Samad, pihaknya tidak mempermasalahkan usia calon pemimpin. Namun, Abraham Samad mengingatkan, dalam mencalonkan pemimpin, tidak boleh disertai praktik nepotisme.
"Apapun alasannya tidak pantas. Tahun 98 kita berjuang. Praktik KKN kita lawan. Sangat memprihatinkan kalau itu menjalar. Kita nggak boleh biarkan. Kita harus melawan," kata Samad.
Adapun ?analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menyampaikan, kalau praktik nepotisme terus dijalankan maa mahasiswa-mahasiswa biasa tidak akan bisa menjadi calon gubernur.
Menurut dia, anak muda harus dibiarkan berkompetisi secara sehat dan tidak mengabaikan etika. "Siapapun anak muda boleh. Kalau cara tidak benar harus dilawan," ujarnya.