Palembang, Gatra.com - Pemerintah Pusat menargetkan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memenuhi target bauran energi bersih di angka 70 persen hingga 2045 mendatang. Kendati begitu, provinsi tersebut mengakui masih kesulitan untuk mencapai angka tersebut.
Kepala Bidang Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumsel, Aryansyah, mengatakan untuk target dari pusat tersebut Sumsel berharap agar target itu realistis pada angka 50 persen. Pasalnya, proyeksi bauran energi bersih di angka 50 persen tersebut masih cukup realistis untuk Bumi Sriwijaya yang menyandarkan sumber pendapatan daerah dari komoditi batu bara atau energi fosil.
“Kalau di angka 70 itu memang sulit. Sebab sektor energi, seperti migas dan batu bara menjadi sandaran bagi Sumsel. Beda situasinya dengan daerah lainnya yang tidak menjadikan kedua sektor ini sebagai sumber PAD,” ujar dia saat paparan pada kegiatan Forum Energi yang digagas IESR dan Pemprov Sumsel di Palembang, Rabu (29/5).
Menurutnya, bauran energi sendiri ialah upaya yang dilakukan dalam mentransisikan energi bersih dalam kebutuhan energi primer yang dibutuhkan. Karena itu, Sumsel sendiri siap menjalankan sekaligus mendukung program transisi energi menuju net zero emisi 2060 yang telah ditargetkan secara global maunpun nasional.
Ia pun menjelaskan bahwa pemerintah provinsi setempat akan terus berkontribusi dalam pengembangan sektor EBT dan diversifikasi energi guna mendapatkan energi bersih yang ramah lingkungan. “Ke depannya pemanfaatan energi bersih yang berbasis energi baru dan terbarukan di Sumsel dapat lebih berkembang ke seluruh lapisan masyarakat,” kata dia.
Dengan begitu, ia meyakini dukungan pada transisi energi sebaiknya dilaksanakan dengan kemampuan daerah membaca peluang dan tantangan yang ada. “Jalan smooth yang mana kabupaten dan kota yang bergerak guna lingkungan yang lebih terjaga,” kata dia.
Sementara itu, Peneliti Unsri yang bekerja sama dengan IESR, Imam Asgari menyampaikan bahwa ada sejumlah tantangan dan peluang transisi energi di Provinsi Sumsel. Dimana, skema transisi energi di Kabupaten Lahat yang menjadi wilayah penghasil tambang batu bara, namun juga kaya akan potensi energi bersih melalui pengembangan hilirisasi (pertanian), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan wisata.
Dia juga mengatakan, ada lima tantangan dalam transisi energi bertahap dalam upaya mengurangi emisi dan produksi batu bara di Sumsel. “Situasi itu tentu jelas mengakibatkan ekonomi menurun (melambat) yang berdampak pada munculnya masalah sosial seperti pengangguran pekerja tambang,” ujar dia.
Kemudian, sambung dia, dampak sektoral lainnya adalah angka kemiskinan yang meningkat dan yang paling terasa tersebut penurunan dana bagi hasil SDA. “Jadi, memang butuh upaya hilirisasi pertanian sebagai bagian dari penciptaan ekonomi baru di daerah,” katanya.
Terlebih, Sumsel sendiri memiliki peluang di antaranya daerah berpeluang mengembangan EBT yang juga membuka peluang kerja baru. “Nah, berkembangnya ekonomi hijau, ekonomisirkuler. Sumsel juga mampu mengembangkan sektor unggulan melalui hilirisasi dalam menciptakan ekonomi hijau baru bagi daerah. Ini butuh gotong royong dan kolaborasi,” tutup dia.