Jakarta, Gatra.com - Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Eisha Maghfiruha memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 ini masih berada di angka 5% atau bahkan di bawahnya.
Padahal, pemerintah memiliki visi Indonesia Emas 2045 dengan pertumbuhan ekonomi di atas 6%. Sayangnya, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menurun.
"Seharusnya memang pertumbuhan ekonomi ini didorong untuk sektor-sektor dari supply site. Di mana harusnya industri menjadi sektor tumpuan yang tumbuhnya harus di atas pertumbuhan ekonomi," katanya dalam webinar via Zoom Meeting pada Senin (27/5).
Ia menyebut, selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Di kuartal I 2024 ini, konsumsi pemerintah memang meningkat signifikan mencapai 19%.
Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terlihat menurun. Bahkan, surplus perdagangan internasional terlihat menipis.
"Sampai saat ini sektor industri kita masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Ini yang harus terus didorong," tegasnya.
Ia menyebut, kinerja ekspor Indonesia juga masih ditopang oleh komoditas bernilai tambah rendah. Industri dalam negeri yang memproduksi barang bernilai tambah tinggi masih sangat jarang.
"Ini memang dibutuhkan berbagai upaya, bagaimana kita harus mendukung ekosistem perindustrian kita untuk bisa diarahkan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi," ucapnya.
Di sisi makro ekonomi, lanjutnya, meski inflasi masih terjaga di sekitar 3%, terdapat risiko atau tekanan yang masih menghantui. Terlebih, risiko inflasi dari sektor makanan dan minuman.
"Kita tahu sisi produksi ini terhambat karena adanya faktor cuaca seperti El Nino dan di tahun ini juga diprediksikan ada La Nina. Ini menjadi risiko atau tantangan ke depan untuk menekan inflasi dari sisi komoditas makanan dan minuman," katanya.