Jakarta, Gatra.com – Ketua Delegasi Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan, mengatakan, Swedia merupakan pasar yang sangat penting karena dapat berpeluang besar bagi Indonesia untuk dapat masuk ke dalam perdagangan pasar ikan negara Eropa lainnya.
“Kerja sama di bidang perikanan ini dapat menjadi jembatan antara Indonesia dan Swedia dalam mempererat hubungan bilateralnya,” kata dia dalam keterangan pers diterima pada Jumat (24/5).
Budhy menyampaikan keterangan tersebut ketika Rombongan Komisi IV DPR RI yang dipimpinnya dan Budisatrio Djiwandono didampingi pihak Parlemen Swedia melakukan kunjungan kerja di Swedia dan mengunjungi pasar ikan/Fish and Seafood Market di di Årsta.
Ia menyampaikan, kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Swedia. Terlebih, saat ini Swedia konsumsi ikannya masih bergantung pada komoditas perikanan impor.
“[Ini] menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mengekspor komoditas ikannya ke Negara Kerajaan Swedia,” ujarnya.
Dalam kunjungan kerja rombongan Komisi IV DPR RI sejak 18 Mei 2024 tersebut membahas program yang dijalanlan Pemerintah Swedia, seperti pangan, pertanian, perikanan, kelautan hingga lingkungan hidup.
Selepas mengungunjung pasar ikan di Årsta, rombongan Komisi IV DPR RI mengunjungi peternakan dan perkebunan di Bona Munsö. Selanjutnya, melakukan pertemuan dengan The Committee on Environment and Agriculture di Stockholm.
Dalam kunjungan ke peternakan dan perkebunan di Bona Gard, Delegasi Komisi IV DPR RI bersama-sama dengan Kedubes RI yang bertempat di Swedia melakukan pertemuan dengan peternak guna mempelajari pelaksanaan pertanian terpadu di mana limbah peternakan dan pertanian dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk organik dan bahan baku energi lainnya.
Budhy mengatakan bahwa Indonesia dapat mempelajari sistem efisiensi peternakan yang dilakukan oleh peternak Swedia sehingga dapat menghasilkan produksi susu 70 liter setiap ekornya dan dapat menekan impor susu yang hingga saat ini masih dilakukan oleh Indonesia.
Delegasi Komisi IV DPR RI juga melakukan pertemuan dan rapat yang dipimpin oleh Mr Adam Reuterskiöld (Chairman of the Sweden-Indonesia Interparliamentary Friendship Relations) dan anggota The Committee on Environment and Agriculture, yaitu Mr Kenneth G Forslund, MsEmma Nohrén, Mr John Widegren, Ms Helena Storckenfeldt, Ms Stina Larsson, dan Ms Elin Nilsson.
Pada pertemuan itu, delegasi Indonesia menyoroti beberapa permasalahan dan mendapatkan solusi terkait dengan penurunan jumlah petani dan meningkatkan jumlah petani muda, permasalahan CPO, mempelajari konsep penangkapan ikan/perikanan terukur, dan konsep perhutanan sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah Swedia hingga saat ini.
Budhy menyebutkan bahwa kunjungan studi banding ini didasarkan pada potensi pertanian, perikanan, kehutanan, serta lingkungan yang dimiliki Negara Kerajaan Swedia karena potensi tersebut mampu dikembangkan dengan baik melalui kebijakan-kebijakan pemerintahan dan parlemen Swedia sehingga pertanian, khususnya peternakan menjadi pasar utama bagi negara Uni Eropa.
“Indonesia dapat memanfaatkannya dan mempelajari kebijakan tersebut guna mensuplai palm oil, kopi, komoditas perikanan, dan perkebunan lainnya untuk masuk ke negara Uni Eropa lainnya,” kata dia.
Khusus untuk sektor kehutanan dan lingkungan hidup, Pemerintah dan Parlemen Swedia telah berhasil melakukan kebijakan privatisasi di sektor kehutanan yang menjamin terjaganya kondisi udara dan ekosistem lingkungan hidup yang baik serta meningkatkan penerimaan negara dari pengelolaan kehutanan, baik dari pihak swasta dan masyarakat.
Hal penting lainnya yang menjadi poin penting dalam kunjungan adalah peningkatan kualitas komunikasi antara dua negara di mana pada akhir Agustus 2024 direncanakan Parlemen Swedia, khususnya The Committee on Environment and Agriculture akan berkunjung ke Indonesia dan bulan Januari 2025, Mr Adam Reuterskiöld- Chairman of the Sweden-Indonesia Interparliamentary Friendship Relations juga akan berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan kali ini merupakan jembatan awal yang dapat meningkatkan kerja sama kedua negara bagi pengelolaan pertanian, perikanan dan kehutanan serta lingkungan hidup yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.