Jakarta, Gatra.com - Para aktivis, pegiat HAM, dan korban pelanggaran HAM menggelar aksi instalasi 2.000 tengkorak dan 1.000 kuburan korban pelanggaran HAM, serta pameran foto untuk memperingati 26 tahun reformasi pada hari ini, Selasa (21/5).
Aksi yang berlokasi di Markas Front Penyelamat Reformasi Indonesia, Jl. Diponegoro No.72 Menteng Jakarta Pusat ini akan berlangsung selama 3 hari mulai 21-23 Mei 2024.
“Rencananya akan dibuka hari ini, lalu nanti siang ada acara mimbar bebas beberapa tokoh bangsa, aktivis dan rekan-rekan mahasiswa kita undang di sini. Malamnya ada monolog, teatrikal, lalu kita lanjutkan dengan kesenian musik di malam hari,” kata Aktivis 98, Antonius Danar di Jakarta Pusat, Selasa (21/5).
Besoknya, lanjut dia, akan ada diskusi pada pukul empat sore bersama Romo Benny, Prof. Muradi, teman-teman dari Komnas HAM, dan teman-teman dari sejarah yang ingin merefleksi sejarah 98.
Sementara itu, untuk hari terakhir, aksi ini akan berfokus pada teman-teman penerus seperti mahasiswa dan generasi muda yang masih melawan di jalan. “Untuk kita support mereka kita sama-sama diskusi disini. Kita sama sama orasi di mimbar, bebas menuangkan hak-hak kita,” ungkapnya.
Sebagai informasi, aksi ini bercerita tentang kekerasan Orde Baru yang menurut berbagai literasi membantai lebih dari 500.000 jiwa dalam sekian banyak peristiwa berdarah baik untuk kepentingan politik maupun ekonomi kekuasaan dan kroninya.
Adapun, sejumlah kasus pelanggaran yang menjadi sorotan hingga saat ini diantaranya Penembakan Misterius 1982, Rumah Heudong 1989, Kasus Sutet, Pembunuhan Munir, Udin Bernas, Marsinah, Pembunuhan Massal 1965, Poso dan Sampit.
Berdasarkan pantauan Gatra.com, mulai pukul satu siang aksi ini sudah mulai ramai didatangi banyak orang. Mereka begitu antusias dan terharu melihat instalasi aksi ini, terutama saat taburan bunga menghiasi instalasi kuburan yang ada di sana.
Di setiap instalasi kuburan juga ada sejumlah nama korban pelanggaran HAM seperti Munir, Widji Thukul, Marsinah, hingga Udin Bernas. Tidak hanya nama, terdapat sebuah bendera merah putih di atas tumpukan instalasi tengkorak yang warnanya sudah mulai pudar.
Aroma dupa juga tercium menyengat di lokasi acara. Hal ini menambah suasana muram dan haru kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini.