Asahan, Gatra.com - Bakal Calon Bupati Asahan, Muhammad Suib, menyindir bupati dan wakil bupati yang suka gonta ganti nomor handpone. Munurutnya, bupati yang seperti ini bukan tipikal pemimpin.
"Ini bukan pemimpin namanya, karena pemimpin itu bukan dilayani, tapi melayani," ujarnya.
Pernyataan ini disampaikannya dalam rapat pleno penyampaian Visi Misi Bakal Calon Bupati/Wakil Bupati DPD Partai Amanat Nasional (DPD.PAN) Asahan di Hotel Antariksa, Kisaran, Minggu (19/5).
Entah kepada siapa diarahkan pernyataan sindiran itu dalam pidato politiknya tersebut. Namun pidato politik Suib itu sontak mendapat perhatian para peserta rapat pleno.
Fenomena politik ini menjadi salah satu center point dalam pidato politik Sueb. Menurutnya, bupati atau wakil bupati yang gonta ganti nomor handphone, tidak menggunakan media sosial, dan rumah tertutup 24 jam, bukanlah tipikal seorang pemimpin.
Pemimpin harus dekat dengan rakyatnya. "Bagaimana dia mau tahu dengan kondisi masyarakatnya jika dia saja alergi terhadap Medsos. Telepon genggam dan medsos merupakan sarana komunikasi.
Suib memang merupakan penggiat medsos. Meski sebagai Sekda, namun pejabat ini aktif melakukan interaktif dengan siapapun lewat medsos, salah satunya facebook. "Kalau pemimpin alergi dengan medsos, bagaimana mungkin dia bisa berinteraksi dengan warganya," kata dia.
Ia menilai, pemimpin harus hadir di tengah rakyat, bukan hanya duduk di kantor. Sebab itu, jika ia terpilih sebagai bupati Asahan, akan menggagas gerakan Pekan Desa.
"Saya akan berpindah kantor dari satu desa ke desa lain, agar saya bisa lebih dekat melihat kondisi warga secara langsung," ucapnya.
Sekda Labura ini lebih lanjut menyampaikan, ada banyak gagasan. Mulai dari soal budaya, pendidikan, pelayanan kesehatan, ekonomi hingga perlunya pemekaran wilayah.
Suib mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan visi misi sebagai bakal calon Bupati Asahan yang bakal diusung Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Pilkada Asahan Tahun 2024.
Meski tanpa teks, namun penampilan dan gagasan-gagasan dalam pidato politiknya berhasil menggugah perhatian, mulai dari peserta hingga pimpinan rapat pleno. Dari sejumlah balon bupati yang telah menyampaikan visi misinya, pidato politik Sekdakab Labura ini mendapat riuh aplus berkali-kali dari para peserta rapat pleno.
Di antara gagasan Sueb yang menarik, yakni upaya menyelesaikan persoalan Kabupaten Asahan yang menurutnya telah kehilangan karakter dan jati diri.
"Kabupaten Asahan tidak lagi memiliki budaya. Resam budaya Melayu telah tergerus dari bumi Rambate Rata Raya ini akibat pembangunan yang tidak punya arah," ujarnya.
Ia lantang mengatakan, nilai-nilai resam budaya Melayu harus dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Ia membandingkan Kabupaten Asahan dengan kabupaten lainnya di Sumatera Utara yang masing-masing memiliki ciri khas dan motto yang berakar dari nilai-nilai budaya.
Kabupaten Labuhan Batu memiliki motto Ika Bina En Pabolo, Labuhan Batu Utara memiiki semboyan Basimpul Kuat, Babontuk Elok, dan Kota Tanjung Balai dengan mottonya yang terkenal Balayar Satujuan Batambat Satangkahan.
Suib menegaskan, ingin Asahan menjadi kabupaten yang berbudaya dan menjunjung kearifan lokal, serta menjunjung resam budaya Melayu di Sumut.
"Kalau Allah SWT mengizinkan saya jadi bupati, bersama DPRD Asahan akan kita ganti motto Asahan, Rambate Rata Raya karena ini tidak berakar dari adat dan resam budaya Melayu," tegas Suib.