Madinah, Gatra.com- Sayudi Prastopo, 53 tahun, memang tak lagi muda, namun kerinduan akan tanah suci membuatnya kuat gowes sepeda hingga ke Makkah. Dia berangkat dari Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, 16 November 2023. Sempat merayakan hari Raya Idulfitri di kesunyian pegunungan Khyber, Sayudi tiba di Makkah, 9 Mei lalu.
Sayudi langsung menunaikan ibadah umroh dengan kain ikhram yang diberi jemaah Malaysia. Kini Sayudi berada di Madinah Al Munawarah setelah diturunkan mobil yang dia tumpangi di masjid Jabal Uhud, tidak jauh dari pemakaman syuhada Uhud. Sayudi sangat terkesan dengan Uhud. "Saya dulu pernah membaca tentang perang Uhud," katanya.
Gowes ke tanah suci, jalan yang ditempuh Sayudi tidak lumrah. Dia harus menguji kemampuan dirinya dan sepeda. Dia keliling Jawa sepuluh kali. "Saya tempuh 16 bulan," katanya.
Dari situ dia bisa menakar kemampuan sepedanya. Berapa onderdil harus dibawa. Misalnya, ban sepeda dengan beban 180 kilogram berapa daya tahannya. "Untuk ban bisa kuat 3000 kilometer," katanya.
Dia juga menguji kemampuan survival dengan 'bertapa' di Alas Purwo, Banyuwangi, selama tiga hari tiga malam. Dia hanya memakan daun-daunan dan binatang hutan. Untuk melihat beracun atau tidaknya tanaman dia punya cara jitu. "Kalau dimakan monyet nggak apa-apa, berarti aman," katanya.
Dari Alas Purwo dia memulai perjalan Road to Makkah dengan berbekal Rp5 juta. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini langsung menggowes sepedanya ke Jakarta yang selanjutnya menaklukkan lintas Sumatera. Menyeberang ke Malaysia, naik menuju Thailand. Saat di Malaysia dia mendapat bantuan dari warga Malaysia. Jika ditotal jumlahnya hingga US$2000.
Perjalanan di Malaysia bahkan sempat memikat Raja Muda Perlis. Sayudi terkejut ketika dihentikan polis diraja Malaysia, karena dia merasa tidak punya salah apa-apa. "Ternyata Raja Muda Perlis ingin bertemu," katanya bangga. Dari Raja muda Perlis dia mendapat sangu 1000 ringgit.
Perjalanan dilanjutkan ke Thailand. Di Thailand banyak anjing sehingga dia sering dikejar anjing. "Kalau ngejar sampai 10 anjing," katanya geli. Dia meneruskan ke Laos. "Karena di Myanmar dilarang masuk," katanya.
Dari Laos naik ke China. Di Tiongkok dia mendapat izin tinggal 30 hari. Sehingga tidak mungkin dia melintas dengan gowes. "Disarankan dikombinasikan dengan train (kereta)," katanya.
Melintasi Tiongkok, dia masuk Pakistan. Ketika di Khyber, Pakistan, dia melintasi jalan pegunungan yang sepi. Suhu menggigit tulang. Waktu menunjukkan pukul 21.00, udara makin menusuk. Tiba-tiba mobil yang melintas berhenti di depannya. "Dia minta saya mampir ke rumahnya yang berjarak 10 kilometer lagi. Dia menunggu hingga saya sampai," katanya.
Sayudi diminta istirahat di rumahnya. "Dikasih makan, sama istirahat. Ada heater penghangat ruangan. Waktu itu suhu 7 derajat Celsius, dingin banget," katanya.
Di Pakistan Sayudi menggowesi daerah Sost, Hunza, Gilgit, Chilas, Islamabad, Lahore, Sukker dan Karachi. Kemudian masuk Doha, Qatar, dan ke Arab Saudi. "Karena aturan nggak membolehkan, gowes ya saya nurut. Sepeda tak preteli, naik mobil," katanya.
Kini Sayudi sudah di tanah suci. Perjuangan yang tidak mudah. Gowes 27.500 kilometer. Tentunya, sangat elok jika dia dapat hadiah berupa izin berhaji meskipun dengan visa turis.