Semarang, Gatra.com – Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si menegaskan tak akan menghindar atau lari bila ditemui mahasiswa yang bakal menyampaikan aspirasi.
“Saya tidak sama dengan rektor lain yang takut ditemui mahasiswa yang akan menyampaikan aspirasi,” katanya dalam dialog dengan mahasiswa pada acara ‘Duduk Bareng Rektor Jaring Aspirasi Mahasiswa’, di aula Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Kampus Undip Tembalang Semarang, Rabu (15/5).
Lebih lanjut, Prof. Suharnomo yang baru dilantik menjadi rektor Undip pada 29 April 2024 ini, menyatakan, jangan sampai ada anggapan bahwa rektor susah ditemui mahasiswa.
Mantan aktivisi pers kampus Undip ini menegaskan, setiap saat bisa ditemui mahasiswa, bahkan bila tidak kegiatan di luar, dapat menemui usai salat dzuhur di masjid Undip.
“Mahasiswa kalau mau salat dzuhur bareng saya juga boleh, setelah itu kita berdiskusi. Jadi saya terbuka,” ujarnya.
Suharnomo berharap di Undip tidak ada demo-demo, karena tidak ada saluran komunikasi antara mahasiswa dan rektor yang tersumbat.
“Saya pastikan tidak ada sumbatan informasi. Daripada menggelar aksi, ajak rektor bertemu sampaikan aspirasi secara baik, itu lebih baik dibanding demo,” ujarnya.
Dalam dialog yang berlangsung santai dengan duduk lesehan di lantai beralas karpet itu, rektor didampingi sejumlah dekan, wakil rektor, serta pejabat di lingkungan Undip lainnya.
Jalannya dialog yang diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas tersebut dipandu Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undip, Farid Darmawan.
“Ini momentum emas Prof. Suharnomo mau dialog dengan mahasiswa. Di luar sana, teman teman mahasiswa menyampaikan aspirasi di jalan, karena mungkin ada sumbatan ke rektor. Jadi dialog ini kita syukuri,” kata Farid.
Ketua BEM Undip mengingatkan kepada rektor jangan sampai demi mengejar prestasi internasional, namun justru malah melupakan pemenuhan dasar bagi mahasiswa.
"Kami selama ini kesulitan pinjam fasilitas milik Undip, seperti mau mengunakan ruangan untuk kegiatan harus bayar, demikian pula memakai bus bayarnya lebih mahal dari sewa bus di luar,” ujarnya.
Keluhan terhadap fasilitas Undip juga disampaikan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Malik yang menyebutkan kursi kuliah berbunyi bila diduduki, air, dan langit-langit kotor membuat kurang nyaman kuliah.
“Demikian pula dengan buruknya fasilitas program Internasional Undergraduate Programme (IUP). Padahal biaya kulihanya mahal,” katanya.
Mahasiswa sekolah vokasi Undip juga mengeluhkan fasilitas di kampus Undip bawah di Jalan Imam Barjo yang tidak memadai. “Bangunan gedung untuk kuliah seperti sekolah dasar,” ujarnya.
Menanggapi keluhan itu, Prof. Suharnomo menyatakan akan melakukan pembenahan fasilitas serta memberikan kemudahan penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan mahasiswa, menggunakan ruangan tak perlu bayar.
“Melalui dialog ini bisa mengetahui permasalahan yang dihadapi mahasiswa untuk dicarikan solusi demi kebiakan Undip,” katanya.