Home Internasional Alasan Hamas Mundur dari Perundingan Gencatan Senjata: Israel Merubah Proposal

Alasan Hamas Mundur dari Perundingan Gencatan Senjata: Israel Merubah Proposal

Doha, Gatra.com - Ketua Hamas Ismail Haniyeh menyalahkan Israel atas kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata di Gaza, dan menegaskan kembali tuntutan-tuntutan penting termasuk bahwa setiap perjanjian memberikan kerangka kerja untuk mengakhiri serangan Israel di wilayah kantong tersebut secara permanen.

Awal bulan ini, kelompok Palestina mengatakan mereka menyetujui proposal gencatan senjata dari mediator Qatar dan Mesir yang sebelumnya diterima Israel.

Namun Israel membantah hal ini, dan mengatakan bahwa proposal tiga fase yang disetujui oleh Hamas tidak dapat diterima, karena persyaratannya telah diperlunak. Pembicaraan gencatan senjata di Kairo terhenti bulan ini tanpa adanya kesepakatan.

“Mereka juga memperkenalkan amandemen terhadap proposal yang membuat negosiasi menemui jalan buntu,” kata Haniyeh, yang berbasis di Qatar, dalam pidatonya yang disiarkan televisi, dikutip Al-arabiya, Rabu (15/5).

Haniyeh mengatakan kelompoknya bertekad mengupayakan semua cara yang ada untuk mengakhiri perang di Gaza, membiarkan pintu terbuka untuk upaya mediasi lebih lanjut, namun ia tetap meminta tuntutan utama kelompok tersebut.

“Setiap upaya atau kesepakatan harus menjamin gencatan senjata permanen, penarikan menyeluruh dari seluruh Jalur Gaza, kesepakatan pertukaran tahanan yang nyata, pemulangan pengungsi, rekonstruksi, dan pencabutan blokade,” kata Haniyeh.

Israel mengatakan pihaknya ingin mencapai kesepakatan tawanan untuk sandera, namun sejauh ini menolak komitmen apa pun untuk mengakhiri serangan militer di Gaza, yang dikatakan bertujuan untuk memusnahkan Hamas.

Haniyeh, yang kelompoknya telah menguasai Gaza sejak tahun 2007, menolak pemukiman pascaperang di Gaza yang mengecualikan kelompok tersebut.

Dia mengatakan gerakan militan akan terlibat dalam pengambilan keputusan pemerintahan pascaperang di Gaza bersama dengan faksi Palestina lainnya.

“Kami mengatakan bahwa gerakan Hamas akan tetap ada… dan gerakan tersebut serta semua faksi nasional (Palestina) yang akan memutuskan pemerintahan pascaperang di Gaza,” kata Haniyeh.

Israel mengatakan Hamas tidak dapat mengambil peran apa pun dalam memerintah Gaza setelah perang usai. Sekutunya, Amerika Serikat, mengatakan pihaknya ingin melihat Gaza dan Tepi Barat bersatu kembali di bawah saingan Hamas, Otoritas Palestina, yang saat ini memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan perang tersebut telah menewaskan hampir 35.000 orang sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Sekitar 1.200 orang tewas di Israel dan 253 orang disandera pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.

87