Solo, Gatra.com - Indonesia mulai melirik industri antariksa. Untuk mewujudkannya, pemerintah bekerjasama dengan NASA agar bisa mengembangkan industri antariksa dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia.
Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, Indonesia ini sangat kaya akan sumber daya. Bukan hanya sumber daya alam, seperti tambang dan lautnya saja, namun juga sumber daya angkasa.
”Kita ingin menyadarkan mengenai sumber daya angkasa yang terabaikan ini. Untuk itu kita bisa mengeksplorasi mengenai sumber daya angkasa ini,” katanya dalam acara seminar Antariksa dengan tema : Igniting ASEAN’S Space Exploration Oddyssey di Solo Techo Park, Ahad (5/5).
Terkait industri antariksa ini, Marsudi mengatakan bahwa semua tidak hanya terbatas mengenai roket saja. Namun juga mengenai makanan, baju astronot dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. ”Dan itu sangat mungkin dibuat di Indonesia. Industri-industri ini bisa dibangkitkan untuk mendukung kegiatan luar angkasa yang bisa dikembangkan,” katanya.
Terkait wacana ini, pemerintah juga membuka kesempatan untuk melibatkan universitas untuk melakukan penelitiannya. Sehingga Indonesia bisa mewujudkan industri antariksa.
”Ini baru yang pertama, makanya kita perlu kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan perguruan tinggi,” katanya.
Untuk kerjasama ini, pemerintah bekerjasama dengan NASA, Voyager Space, NASA Hunch, OculloSpace, PT Ikon Aviasi Indonesia serta BRIN. Founder OculloSpace Franco Gan mengatakan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri ini sangat besar. Sebab Indonesia memiliki lokasi yang bagus. Bahkan jika dinilai secara global, lokasi Indonesia dinilai yang terbaik.
”Bahkan selama sepuluh tahun terakhir kita fokus mengenai ekosistem antariksa. Kita bicara mengenai fabrikasi, suku cadang hingga semua komponennya. Dari pemetaan kami, Indonesia memiliki wilayah yang stabil. Banyak Industri yang bisa disiapkan di negara ini,” katanya.
Untuk memulai langkah ini, semua harus dilakukan secara perlahan. Namun saat ini sudah dimulai dengan membuat program dengan NASA dan memulainya selangkah demi selangkah. Semua dimulai dari edukasi dari murid-murid.
”Semua murid, mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga ke universitas. Bisa kita bayangkan kalau tiap hari kita digambarkan mengenai betapa indahnya antariksa ini, apa itu satelit. Jadi dijelaskan apa pentingnya mempelajari ini untuk ke depannya,” katanya
Senada, Vice President of NASA HUNCH (USA) Program, Scott Rodriguez bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah memperbanyak diskusi apa yang akan dilakukan melalui sistem edukasi yang ada di Indonesia sekarang dan akan kemana. Apalagi kalau kita ingin mengembangkan industri antariksa ini, harus dimulai dengan pendidikan di sekolah dasar. Sehingga saat mereka sudah memasuki jenjang pendidikan tinggi, mereka siap mempelajarinya.
”Kalau untuk memulainya, kita melihat minatnya terlebih dahulu. Tapi yang jelas untuk memiliki teknisi-teknisi yang baik dalam bidang antariksa, semua harus dimulai dengan langkah yang paling kecil atau dalam pendidikan paling dasar terlebih dahulu,” katanya.
Sebagai informasi, saat ini NASA HUNCH teleh memiliki kurang lebih 500 program di 190 Sekolah Menengah Atas, dengan jumlah siswa 3.200 di 5 pusat NASA. Program tersebut tersebar di 37 negara bagian di Amerika Serikat. Mereka merancang, mengembangkan, dan memberikan penerbangan luar angkasa, pelatihan, dan produk informasi kepada NASA, dan telah dilakukan jadi sejak tahun 2003.