Tel Aviv, Gatra.com - Bukan hanya dari dunia internastional, di dalam negeri sendiri, PM Benjamin Netanyahu mendapat kritikan tajam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Maariv, penulis politik Israel Ben Caspit menyatakan bahwa "Netanyahu telah lama menjadi beban bagi Israel," dan menekankan bahwa "dia harus mengosongkan posisinya."
Media Israel itu melaporkan bahwa “Israel” tidak mengharapkan kemenangan apa pun di Rafah karena Benjamin Netanyahu, “lumpuh karena teror” dan tidak mampu membuat satu keputusan penting pun.
Caspit menunjukkan bahwa "inilah (menurunkan PM-red)yang dilakukan Inggris terhadap Neville Chamberlain (mantan Perdana Menteri Inggris) di tengah Perang Dunia II," dan menambahkan bahwa "mereka melakukannya, karena tidak ada pilihan. Mereka tidak melakukannya karena mereka menyukai Churchill. Mereka melakukannya karena Chamberlain gagal, menyeret Inggris dari satu aib ke aib lainnya, dan membangun konsep yang bangkrut."
Menurut Caspit, "Satu-satunya hal yang bisa membuat Netanyahu gila dan memasuki Rafah dengan kekuatan penuh sekarang adalah surat perintah penangkapan yang diancam akan dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag terhadapnya."
Netanyahu mengancam Biden
Laman Al Mayadeen Jumat (3/5), mengutip dua sumber, salah satunya bukan orang Israel, menekankan bahwa Netanyahu mengancam Presiden AS Joe Biden dalam percakapan telepon mereka. Bahwa jika AS tidak mencegah surat perintah penangkapan ini, dia akan berhenti menegosiasikan kesepakatan dan melancarkan serangannya terhadap Rafah tanpa memperdulikan disana ada pengungsi atau tidak.
“Satu-satunya cara untuk membuat Netanyahu menghilangkan rasa takutnya dan melaksanakan ancamannya adalah melalui nasib pribadinya,” penulis Israel itu menambahkan, menjelaskan bahwa “menurut orang-orang di sekitarnya, dia sekarang menghabiskan sekitar 70 - 80 persen waktunya melulu hanya terkait surat perintah penangkapan."
Menurut Caspit, surat perintah penangkapan tersebut adalah “nasib pribadi” Netanyahu, dan menambahkan, “Pria, yang telah mengubah namanya menjadi Ben Nitai, tidak dapat membayangkan hidup tanpa perjalanan menyenangkan ke luar negeri, dengan mengorbankan negara atau beberapa dermawan. Dia akan melakukannya memperjuangkan kebebasan pribadinya sampai dia menumpahkan darah."