Jakarta, Gatra.com - Hari Tuna Sedunia yang diperingati setiap 2 Mei, menjadi momentum bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pasar komoditas tuna. Langkah ini sekaligus sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan populasi perikanan itu.
“Tuna merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik, jadi tentu harus berkelanjutan agar bisa dinikmati generasi saat ini dan masa depan," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo di Jakarta, Kamis (2/5).
Budi mengatakan, KKP telah menggandeng Marine Stewardship Council (MSC), organisasi non-pemerintah yang turut mendorong pasar produk seafood berkelanjutan, terutama tuna. Salah satu poin yang disinergikan adalah sertifikasi MSC untuk memastikan keberlanjutan stok dan dampak ekosistem yang minimum. Selain itu juga dilakukan sertifikasi chain of custody (CoC) untuk memastikan dan menelusuri produk bersertifikasi berasal dari sumber perikanan berkelanjutan.
"Sertifikasi CoC bisa dipenuhi unit pengolah ikan (UPI) jika mereka mengimplementasikan STELINA atau sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional," jelasnya.
Budi juga menegaskan komitmen KKP dalam memasarkan produk tuna berkelanjutan. Seperti saat berpartisipasi dalam Seafood Expo North America (SENA) 2024 di Amerika Serikat dan Seafood Expo Global (SEG) 2024 di Spanyol. Produk tuna yang dipamerkan telah tersertifikasi serta mengimplementasikan prinsip ketertelusuran dan keberkelanjutan.
Hasilnya, pengunjung SENA terpikat dengan tuna Indonesia yang ditunjukkan dengan capaian nilai transaksi potensial tuna sebesar 50,45% atau US$29,50 juta dari total nilai US$58,47 juta selama SENA 2024. Adapun di SEG nilai potensial transaksi tuna sebesar 21,62% atau US$13,79 juta dari total nilai US$63,8 juta.
Indonesia sendiri merupakan produsen tuna terbesar di dunia dengan jumlah produksi sekitar 16% dari total pasokan tuna dunia. Jumlah produksi ini meningkat dan mencapai 1,5 juta ton pada tahun 2023. Nilai ekspor tuna Indonesia (termasuk cakalang dan tongkol) pada tahun 2023 sebesar US$927.2 juta atau 16,47% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia.
"Artinya konsumen global semakin menyadari pentingnya produk tuna berkelanjutan. Kita sampaikan ke dunia, bahwa produk tuna yang dipasarkan dari Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip tersebut," tegasnya.
Agar tuna dari Indonesia semakin dikenal luas, KKP juga telah mencanangkan tahun ini sebagai Tahun Tuna Indonesia 2024. Langkah ini sekaligus sebagai wujud komitmen pemerintah memperkuat daya saing komoditas tuna di pasar global dan domestik serta pengelolaan tuna berkelanjutan.
Budi mengajak masyarakat untuk turut bergerak mengelola tuna secara berkelanjutan.
"Kalau kita perhatikan, tuna itu selalu terus bergerak dan kalau berhenti akan mati. Makanya, kita juga harus amalkan ilmu tuna yaitu terus berkinerja memaksimalkan potensi yang kita miliki untuk menjaga keberlanjutan tuna," ujarnya.