Jakarta, Gatra.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai mengalami penurunan sebesar 4,5% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp69 triliun per Maret 2024. Nilai tersebut sebesar 21,5% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi penerimaan kebapeanan dan cukai terkoreksi utamanya karena penurunan produksi hasil tembakau.
“Bea cukai kita dalam hal ini juga tergambarkan dampaknya dari krisis global,“ kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi April 2024 di Kantor Kemenkeu Jakarta, Jumat (26/4).
Lebih rinci, dalam paparanya Bendahara Negara itu menjelaskan bahwa, realisasi bea masuk per Maret 2024 mencapai Rp11,8 triliun atau setara dengan 20,6% dari target APBN 2024. Kemudian, bea keluar tercatat hanya sebesar Rp4,2 triliun atau 23,7% dari target APBN sedangkan Cukai sebesar Rp53 triliun atau 21,3% dari target.
Lebih rinci, untuk penerimaan Bea Masuk hingga Maret 2024 turun 3,8% secara tahunan (yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh Impor komoditas bertarif 0% yang tumbuh termasuk juga pemanfaatan FTA yang semakin meningkat mengakibatkan rata-rata tarif efektif turun.
Kemudian, penerimaan Bea Masuk dari komoditas utama juga mengalami penurunan di antaranya kendaraan roda 4 dan suku cadang, gas alam & buatan, serta mesin penambangan dan konstruksi.
Selanjutnya, penurunan juga dialami penerimaan Cukai di mana hingga Maret 2024 turun 6,9% (yoy). Hal itu dipengaruhi oleh cukai hasil tembakau yang terkontraksi 7,3% (yoy) disebabkan oleh penurunan produksi November-Desember 2023 sebesar 1,7% (yoy) sejalan dengan pengendalian kebijakan konsumsi rokok.
Lalu, cukai Minuman yang mengandung Etil Alkohol (MMEA) tumbuh 6,6% (yoy) sementara etil alkohol tumbuh 16,2% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan produksi kedua barang kena cukai (BKC) tersebut.
Di sisi lain, penerimaan Bea Keluar (BK) hingga Maret 2024 tumbuh 37% (yoy. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh BK tembaga tumbuh 530,9% (yoy) dipengaruhi oleh relaksasi ekspor komoditas tembaga. Kemudian, BK produk sawit turun 68,8% (yoy) dipengaruhi, penurunan rata-rata harga CPO 2024 sebesar 11,6% (yoy). Dan penurunan volume ekspor produk sawit sebesar 13,7% (yoy).