Jakarta, Gatra.com – Aplikasi Agrimate buatan empat orang mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), sukses mencapai semifinal ajang Microsoft Imagine Cup 2024 di tingkat dunia. Ajang tersebut merupakan kompetisi teknologi tahunan global yang merayakan kegigihan dan kreativitas pelajar dari seluruh dunia, yang ingin membangun startup dengan teknologi AI.
"Agrimate adalah teman bertani Anda yang bukan sekadar tagline belaka. Ini merupakan cara kami membantu para petani Indonesia, tulang punggung bangsa ini, untuk meningkatkan taraf hidup mereka melalui peningkatan produktivitas dan kesuksesan ekonomi," jelas Adinda Regita Afifah Cahyani, salah satu mahasiswa UNIKOM yang merupakan anggota tim Agricode, dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com Sabtu (20/4/2024).
Mereka menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di babak tersebut. Keempat mahasiswa tersebut adalah Fajar Buana Hidayat, Adinda Regita Cahyani, Dinar Nur Aziz, dan Reyunda Dwi Alfathur. Mereka nantinya akan bersaing dengan sejumlah 19 semifinalis lain. Lawan mereka berasal dari Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Tiongkok.
Agrimate merupakan aplikasi multiplatform berbasis Microsoft Azure yang menawarkan solusi cerdas dan akurat untuk membantu petani mengatasi tantangan di setiap langkah pertanian. Ide aplikasi ini lahir dari kekhawatiran petani-petani Indonesia dalam menghadapi berbagai rintangan pada setiap musim tanam, mulai dari tahap pra-tanam hingga pasca-panen.
Sebagai contoh, petani kerap menemui tantangan mendapatkan pendanaan sebelum masa tanam, terutama bagi petani skala kecil yang merupakan 72,1% dari total petani di Indonesia menurut Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) BPS 2021. Ada pula tantangan menghadapi serangan hama selama masa tanam, dan penetapan harga yang sesuai untuk penjualan hasil panen selama pasca-panen.
Namun kelompok Agricode ini meyakini bahwa dengan memanfaatkan layanan seperti Azure Machine Learning dan Azure OpenAI Service, kapabilitas AI generatif di Agrimate memungkinkan petani untuk memperkirakan kesesuaian jenis lahan dengan komoditas yang ditanam, mendeteksi penyakit tanaman secara dini, dan merekomendasikan teknik pertanian yang presisi, secara sederhana. Petani cukup menggungah foto komoditas atau memasukkan data komoditas mereka ke fitur Agrimate yang sesuai, dan Agrimate akan segera merespons.
Kemampuan ini dimungkinkan melalui pemanfaatan data lahan petani yang diperoleh aplikasi Agrimate dari perangkat IoT fisik, dengan didukung oleh berbagai solusi Microsoft Azure. Sejauh ini, integrasi tersebut memungkinkan fitur deteksi penyakit Agrimate mencapai tingkat akurasi 95,5% dan fitur prediksi harga pasar mencapai 90,2%.
Untuk meningkatkan ketepatan fitur prediksi, tim Agricode pun melatih large language model Agrimate menggunakan data dari pemerintah yang tersedia untuk publik, dan data yang bersumber dari perusahaan data science terkemuka.
Solusi Agrimate telah berhasil diujicobakan pada dua komoditas utama, yaitu cabai dan bawang merah, di dua kecamatan yang berbeda di Garut, kota yang dikenal dengan panen raya bawang merahnya.
Dari tahap validasi masalah awal hingga tahap pengujian dan pelatihan petani yang komprehensif, lebih dari 100 petani di kedua kecamatan tersebut telah merasakan manfaat langsung dari Agrimate. Ke depannya, Agricode berupaya untuk memperluas penggunanya secara inklusif dengan melibatkan lebih banyak komunitas petani yang sebelumnya masih belum tergapai.
"Misi utama Agricode adalah memecahkan masalah sosial yang selalu ada di sekitar petani Indonesia setiap tahunnya. Dengan tujuan ini, para anggota Divisi CodeLabs (Direktorat Inovasi dan Kompetisi UNIKOM) yang membentuk tim Agricode, membangun Agrimate untuk dapat mengatasi masalah sosial dengan solusi teknologi modern,” ungkap Adam Mukharil Bachtiar, dosen di CodeLabs UNIKOM yang melatih dan mendampingi tim Agricode bersama Dian Dharmayanti, yang juga merupakan dosen di CodeLabs UNIKOM.
Lebih lanjut, Adam mengatakan bahwa keberhasilan tim Agricode melaju ke babak semifinal dalam ajang penghargaan global yang sangat bergengsi ini telah membuktikan bahwa masa depan teknologi Indonesia berada di tangan yang tepat. “Kami sangat mengapresiasi kerja keras mereka," imbuhnya.
Sementara itu bagi Regional Engineering Lead, Office of the CTO, Microsoft Asia, Irving Hutagalung, pencapaian luar biasa ini merupakan bukti bahwa inovator muda Indonesia mampu menghasilkan solusi teknologi yang berdampak besar dengan kekuatan AI.
“Yang lebih menginspirasi lagi adalah bagaimana para mahasiswa mampu menjadi inovator, developer, dan entrepreneur yang mawas terhadap model bisnis mereka,” ujar Irving.
Irving meyakini bahwa dengan cara membina lingkungan di mana entrepreneur muda dapat berkembang, hal itu akan membukakan jalan bagi munculnya lebih banyak startup yang siap menciptakan dampak sosial yang signifikan, dan memberdayakan ekonomi digital Indonesia.
“Kami berharap pencapaian luar biasa ini akan menginspirasi dan memotivasi generasi muda Indonesia untuk mengejar inovasi dan berkontribusi bagi bangsa. Melalui teknologi, kita dapat mendorong perubahan positif bagi Indonesia," ujar Irving.