Makkah, Gatra.com- Kami jemaah petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Kementerian Agama Republik Indonesia daerah kerja (daker) Madinah dan Bandara thawaf dan tiba di Hijr Ismail, 08/5, begitu mendongak akan melihat talang air yang menonjol dari dinding utara Ka'bah di atas Hijr Ismail. Disebut Mizab al-Rahmat atau curahan air rahmat, juga dikenal sebagai Mizab al-Ka'ba, (curahan air Kabah), adalah talang cucuran air yang menonjol dari atap Kabah sehingga memungkinkan air hujan mengucur mendarat di lantai Hijr Ismail.
Atap Kabah yang datar sedikit miring hingga ke sudut barat laut. Dari sudut inilah talang itu mencuat, mencurahkan air hujan dari atap. Bibir mizab mempunyai embel-embel yang disebut dengan “janggut mizab”. Lantai tempat cucuran atab dilapisi dengan lempengan marmer dan dihiasi dengan desain mosaik.
Desain mizab telah berubah selama bertahun-tahun; bentuk saat ini berwarna emas. Panjang 258 cm termasuk dalam dinding Kabah, lebar rongganya 26 cm, tinggi tiap sisinya 23 cm, dan bagian yang masuk ke dalam dinding atap 58 cm. Ukuran ini ditetapkan pada 1857 selama renovasi di bawah Kaisar Ottoman, Sultan Abdul Majeed Khan.
Mizab dibuat dari emas murni dan memiliki lapisan tebal yang terbuat dari perak murni. Mizab Rahmat berbentuk persegi panjang yang seluruh sisinya tertutup kecuali bagian atasnya yang terbuka. Ia juga dilengkapi dengan janggut persegi panjang emas yang bergerak ke arah belakang dan depan. Janggut emas murni disebut lidah atau “Al-Burqa.”
Jika dilihat dari sudut dekat, Anda akan melihat tanggal pembaruan dan pembangunan tertulis di setiap sisi Mizab Rahmat. Penghargaan atas konstruksi Mizab yang tahan lama dan desain estetika diberikan kepada Makki Sheikh Naseer, seorang pengrajin yang luar biasa. Selain itu, untuk mengusir burung, Mizab memiliki paku emas kecil namun tajam yang dipasang di tepinya. Karena jika burung hinggap di talang tersebut di samping kotoranya mengotori mizab, juga mencemari lantai Hijr Ismail.
Mizab Rahmat pertama kali dibangun pada 605 Masehi, ketika Nabi Muhammad berusi 35 tahun. Saat itu bencana banjir menggenangi Majidil Haram dan melemahkan Kabah yang sebelumnya dilanda kebakaran besar, sehingga berisiko hancur. Kaum Quraisy membangun kembali Kabah dengan memodifikasi strukturnya dan membangun Mizab Rahmat di atap Kabah.
Kemudian mizab dibangun kembali dengan menggunakan emas pada tahun 1553 oleh putra Salman Qanuni, Salem Sani. Antara tahun 1586 dan 1594, Walid Bin Abdul Malik membangun kembali Mizab sekali lagi, menggunakan emas murni.
Setelah itu, pada 1997 H, Kabah dan Mizab direnovasi. Renovasi tetap mempertahankan dimensi Mizab yang ditentukan pada tahun 1857 selama perbaikan di bawah Kaisar Ottoman, Sultan Abdul Majid Khan.
Struktur Mizab saat ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Fahd. Hal tersebut diabadikan dengan torehan kaligrafi di dinding luar talang. “Talang air ini diperbaharui pada masa pelayan dua kota suci Raja Fahd bin Abdul Aziz,” Ustaz Zulfadli, pembina PPIH Daerah Kerja Madinah menjelaskan arti dari tulisan kaligrafi di dinding luar talang.
Mizab yang saat ini adalah kerajinan tangan dan terbuat dari emas murni, dengan lapisan perak tebal di bagian dalamnya. Mizab memiliki beberapa tulisan Arab. Di depannya, adalah “Bismillaah Hir Rahmaan Nir Rahiim” (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) dan “Ya Allah” (Tuhan). Talang emas Kabah yang sekarang ini adalah yang ke-12 sejak pertama dibangun kaum Quraisy.