Mekah, Gatra.com- Kami jemaah petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Kementerian Agama Republik Indonesia daerah kerja (daker) Madinah dan Bandara yang melakukan thawaf memulai dari Hajar Aswad (Batu Hitam) melewati Maqom Ibrahim, sampailah di Hijr Ismail, di Masjidil Haram, Mekah, 08/05.
Hijr Ismail berupa bangunan tembok setengah lingkaran setinggi 1,32 meter di utara Kabah. Ketika Kabah direnovasi di zaman Quraisy terpotong, dan masuk bagian setengah lingkaran Hijr Ismail, sehingga dinamai juga Hathim, yang terpotong.
Di Hijr Ismail, Nabi Ibrahim membangun rumah kecil dari batang pohon untuk Ismail dan ibunya, Hajar. Disitulah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya. Ini menunjukkan Hijr Ismail bukan bagian dari Kabah. Sedangkan bagian dalam Kabah yang terpotong ketika renovasi adalah area di Hijr Ismail selebar 3 meter dari dinding utara Kabah.
Ceritanya, ketika suku Quraisy memugar Kabah (606 M), mereka kekurangan dana untuk dapat membangun seukuran Kabah yang asli. Mereka mengurangi panjang tembok ke utara sehingga Hijir Ismail semakin luas.
Oleh sebab itu, sebagian Hijr Ismail adalah masuk bagian dalam Kabah. Karena itu orang yang melakukan tawaf harus mengitari Kabah dan Hijir Ismail. Tidak sah tawaf seseorang kalau ia mengitari Kabah dengan melewati gang antara Hijr Ismail dan Kabah.
Kalau seseorang ingin shalat di dalam Kabah, cukup shalat di dalam Hijr Ismail ini. Dasarnya adalah hadis Aisyah. Siti Aisyah berkata: “Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi izin masuk Kabah untuk shalat di dalamnya. Lalu, beliau membawa aku ke Hijr Ismail dan bersabda: Shalatlah di sini kalau ingin shalat di dalam Kabah karena Hijr Ismail ini termasuk bagian Kabah.”
Shalat di Hijr Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib dan tidak ada kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah haji atau ibadah umrah. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Wahai Abu Hurairah, di pintu Hijr Ismail ada malaikat yang selalu mengatakan kepada setiap orang yang masuk dan salat dua rakaat di Hijr Ismail; kamu telah diampuni dosa-dosamu. Maka mulailah dengan amalanmu yang baru.”
Kitab Fi Rihaabil Baitil Haram mengisahkan, pada suatu hari ketika Nabi Ismail menyampaikan keluhan kepada Allah SWT tentang panasnya lembah Mekah, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ismail AS. “Sekarang Aku buka Hijrmu salah satu pintu surga yang dari pintu itu keluar hawa dingin untuk kamu sampai hari kiamat nanti.” Itu merupakan AC permanen yang dapat dirasakan orang-orang tertentu yang terpilih.