Washington, D.C., Gatra.com - Parlemen Amerika Serikat (AS) memutuskan mengecam “From The River to The Sea, Palestine Will Be Free” sebagai ujaran kebencian pada Rabu (17/4).
Slogan yang lahir pada dari tahun 1960an itu menyerukan kemerdekaan negara Palestina yang berada di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania. Israel berpendapat bahwa hal ini secara implisit menghilangkan hak mereka untuk hidup di wilayah tersebut.
“Resolusi kami memperjelas bahwa slogan 'From The River to The Sea, Palestine Will Be Free' adalah anti-Semit dan menyerukan pemberantasan total orang-orang Yahudi, negara demokratis Israel dan pemusnahan orang-orang Yahudi,” kata salah satu Anggota Kongres AS, Josh Gottheimer.
"kongres mempunyai tanggung jawab untuk mengecam nyanyian yang menjijikkan, memecah belah, dan tidak manusiawi dan melawan prasangka dan kebencian,” tambah Gottheimer yang juga anggota Partai Demokrat dari New Jersey.
Resolusi tersebut diputuskan dengan 377 suara mendukung dan 44 suara menentang. Hanya satu anggota Partai Republik, Thomas Massie dari Kentucky, yang menentangnya dengan alasan konstitusional. Adapun 43 penolakan lainnya berasal dari faksi progresif di Demokrat.
Diketahui, amandemen pertama Konstitusi AS melarang Kongres membuat undang-undang apa pun yang membatasi kebebasan berbicara, pers, atau berkumpul. Oleh karena itu, AS tidak memiliki undang-undang ujaran perkataan kebencian atau dasar hukum untuk melakukan sensor oleh pemerintah.
Meningkatnya konflik Israel-Palestina baru-baru ini telah menghadirkan tantangan politik dalam negeri bagi Partai Demokrat yang tengah berkuasa mengingat mereka mengandalkan suara dari kaum Yahudi liberal dan imigran Muslim.
Gottheimer mencatat bahwa organisasi-organisasi Yahudi terkemuka seperti Liga Anti-Defamation League (ADL) dan the American Jewish Committee telah mengutuk nyanyian tersebut sebagai anti-Semit.
Dalam pernyataannya, ADL juga menyebutkan bahwa telah mencatat hampir 9.000 insiden anti-Semit di AS pada tahun 2023. Sebagian besar terjadi setelah tanggal 7 Oktober 2023. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak tahun 1979, ketika pencatatan tersebut dimulai.
Di sisi lain, Partai Likud yang berkuasa di Israel memiliki versi slogannya sendiri yakni “between the Sea and the Jordan, there will only be Israeli sovereignty,” yang secara eksplisit menolak keberadaan negara Palestina di Tepi Barat.