Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, tekanan global terhadap nilai tukar rupiah tak sedalam yang dialami negara-negara lain.
Menurut Airlangga, meskipun mengalami penurunan, tukar rupiah masih berada di atas mata uang Yuan China, Bath Thailand dan Ringgit Malaysia. Kemudian, dibandingkan peer countries, rupiah relatif terkendali.
“Tekanan global terhadap nilai tukar, kenaikan yang kuat karena Amerika Serikat (AS) kuat sendirian, berbagai negara turun termasuk Indonesia tapi tidak sedalam yang lain,” kata Airlangga dalam Konferensi Pers terkait Perkembangan Isu Perekonomian Terkini di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4).
Menurut Airlangga, pasar saham tanah air terjaga positif. Di atas Indonesia ada Amerika karena pasar saham dan perekonomiannya terpantau sedang kuat.
“Tapi mereka masih belum mau menurunkan tingkat suku bunganya, jadi sekali lagi higher for longer strategi mereka jadi tentu kita harus jaga kepercayaan investor di dalam negeri terutama agar tidak terjadi capital outflow,” jelasnya.
“Kita liat China maupun Malaysia di bawah kita secara relatif,” jelasnya.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan bahwa, prospek perekonomian tanah air masih relatif bagus. Hal ini tercermin dalam indeks kepercayaan konsumen yang berada di level positif yakni 123,8. Kemudian, di sektor manufaktur RI relatif tinggi dibandingkan negara lain, dengan PMI di 54,2.
Di sisi lain, Inflasi nasional tetap terkendali. Menurutnya, Indonesia berpengalaman dalam penanganan inflasi seperti saat perang Ukraina-Rusia di mana saat itu inflasi mencapai 5,95%.
“Namun sekarang sudah masuk dalam range 1,5-3,5%,” jelasnya.