Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa, nilai tukar rupiah lebih baik dibanding dengan ringgit Malaysia dan yuan China.
“Indeks rupiah kita lihat kalau kita bandingkan dengan berbagai negara lain relatif sedikit lebih baik dari Malaysia dan China,” kata Airlangga dalam acara halalbihalal Kemenko Perekonomian di Kantornya pada Selasa (16/4).
Namun, meski demikian menurut Airlangga mata uang won Korea dan bath Thailand lebih baik dibanding dengan rupiah. “Jadi kita yang tidak terdampak tinggi tapi banyak negara yang lebih terdampak dari kita,” jelasnya.
Hal tersebut kata Airlangga, karena fundamental Indonesia saat ini relatif lebih kuat. Pertumbuhan Indonesia saat ini masih terjaga di atas 5% dengan inflasi yang terkendali. Sampai dengan Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus, dan menopang cadangan devisa yang pada posisi terakhir di Maret 2024 tercatat masih kuat.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa nilai tukar rupiah hingga 19 Maret 2024 terpantau relatif stabil. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI, di tengah dinamika penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 2,02% dibandingkan dengan level akhir Desember 2023. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan ringgit Malaysia, won Korea, dan baht Thailand yang masing-masing melemah sebesar 3,02%, 3,87%, dan 5,39%.
“Nilai tukar rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia,” kata Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil rapay dewan gubernur bulanan bulan Maret 2024, Rabu (20/3).
Ke depan, BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Hal ini didorong oleh kembali masuknya aliran modal asing sejalan dengan tetap terjaganya persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia.