Jakarta, Gatra.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa, pasca serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) malam kemarin, harga minyak mentah dunia diperkirakan dapat mencapai US$100 per barel.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan, harga tersebut dapat kembali meningkat apabila terjadi eskalasi konflik. Harga minyak diperkirakan dapat mencapai US$120 hingga US$130 per barel.
“Saya katakan tadi sependapat kemungkinan besar harga ICP naik US$100,” kata Tutuka dalam diskusi bertajuk ‘Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi Ri’ secara virtual pada Senin (15/4).
Menurut Tutuka, dari tahun 2024 pada bulan Februari, sebelum terjadinya serangan balasan Iran ke Istael harga minyak mentah sudah mengalami tren kenaikan, sekitar US$5 per barel. “Jadi dengan adanya konflik baru Iran dengan Israel, ini sebetulnya tidak jauh dari angka US$ 100 (per barel),” jelasnya.
Adapun mengenai kenaikan harga minyak mentah ini akan berlanjut atau tidak, Tutuka menyebut Pemerintah tengah menunggu respons dari Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap serangan dari Iran tersebut.
“Kemungkinan bisa lebih cenderung untuk spike (berhenti) dalam waktu yang tidak lama,” imbuhnya.
Tutuka menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi harga minyak mentah yakni, kesepakatan perjanjian pembatasan produksi minyak dari negara-negara OPEC+. Kemudian, penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap beberapa mata uang, termasuk mata uang Indonesia (Rupiah).
Kemudian, ketidakpastian kebijakan moneter global terkait suku bunga yang memengaruhi tingkat permintaan global minyak bumi. Hingga Ketegangan politik di dua kawasan yakni Eropa Timur, dan Timur Tengah.