Home Pendidikan Kejari Tebo Bakal Bangun Rumah Singgah Suku Anak Dalam, Ini Tujuannya

Kejari Tebo Bakal Bangun Rumah Singgah Suku Anak Dalam, Ini Tujuannya

Tebo, Gatra.com – Dalam waktu dekat ini, Kejaksaan Negeri (Kejari) Tebo bersama Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK) dan Pemkab Tebo bakal mendirikan Rumah Singgah untuk Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba.

Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Tebo melalui Kasi Intel Febrow Adiaksa, S.H., pada akhir pekan lalu, menyampaikan, rumah singgah untuk SAD atau Orang Rimba itu akan dibangun di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Muara Tabir Kabupaten Tebo.

Dia menjelaskan bahwa didirikannya Rumah Singgah Suku Anak Dalam tersebut bertujuan untuk mengatasi hambatan anak-anak Orang Rimba dalam mendapatkan pendidikan formal.

Pasalnya, kata dia, ada lima orang anak Orang Rimba yang mengikuti pendidikan formal di SD Negeri 163 Desa Sungai Jernih. Anak-anak tersebut selalu menimbulkan kekhawatiran bagi orang tuanya. Sebab, jarak hutan tempat mereka tinggal dengan sekolah tersebut sangat jauh dengan kondisi jalan yang tidak layak dilalui kendaraan sepeda motor.

“Itu yang menjadi kekhawatiran orang tua mereka, saat mereka mengantar anaknya ke sekolah, mereka kesulitan untuk mengontrolnya karena jarak tempat mereka tinggal dengan sekolah sangat jauh,” kata Febrow.

Dengan adanya Rumah Singgah, kata Febrow, paling tidak anak Orang Rimba yang bersekolah di SD Negeri 163 Sungai Jernih, memiliki tempat untuk istirahat menjelang dijemput oleh orangtuanya.

“Begitu sebaliknya, orang tua yang hendak menunggui anaknya, sudah ada tempat yang nyaman,” kata dia.

Febrow menyampaikan, saat ini sudah ada lima orang anak Orang Rimba yang mengikuti pendidikan formal di sekolah itu. Semuanya diperlukan sama oleh pihak sekolah dan siswa di sana.

Terpisah, Bagentar, salah satu orang tua dari Orang Rimba mendukung rencana Kejari Tebo mendirikan Rumah Singgah untuk warga komunitas mereka.

“Alhamdulillah, ini menang yang kita inginkan, Rumah Singgah untuk kami Suku Anak Dalam,” katanya.

Bagentar mengakui jika jarak dari tempat mereka tinggal dengan sekolah tempat anaknya belajar sangatlah jauh. Bila turun hujan, sudah dipastikan sulit untuk bisa mengantar anaknya ke sekolah. Pasalnya, jalan yang mesti ditempuh masih jalan tanah.

“Kalau turun hujan, ya terpaksa anak-anak libur, karena tak mungkin dipaksakan mengantar anak-anak ke sekolah dengan kondisi jalan tanah yang becek, berlumpur, dan licin,” kata dia.

Gentar, sapaan akrab Bagentar mengaku punya rencana tersendiri untuk anaknya itu. Ia ingin anaknya itu nantinya menjadi anggota Polri. “Makanya dari sekarang saya sekolahkan biar besar nanti bisa jadi polisi,” ujar dia.

103