Jakarta, Gatra.com – Film Kiblat menuai berbagai kritik keras dari publik tak lama usai perilisan poster resminya. Film tersebut dinilai menggunakan promosi sensitif dan kontroversi lantaran memakai istilah dan simbol agama Islam.
Ketua Bidang Seni Budaya DPP Partai Keadilan Sejahtera, Ecky Awal Mucharam, meminta agar sineas tidak mengeksploitasi agama untuk karya film yang malah menimbulkan persepsi negatif kepada agama itu sendiri.
"Memang perlu daya tarik untuk memasarkan sebuah produk, termasuk film. Namun awak sineas harus menjaga batasan-batasannya. Jangan sampai mengusik kehidupan umat beragama," pesan Ecky di Jakarta, Kamis (28/3).
Kata Kiblat yang dipakai sebagai judul film adalah tempat yang disucikan bagi umat Islam. Namun kontradiktif dengan gambar yang ditampilkan adalah sosok setan yang sedang berpose menyelewengkan gerakan ibadah. Tentu hal ini bisa membuat kesan yang tidak baik dan tidak tepat dengan kata Kiblat itu sendiri sehingga memicu protes dan kemarahan ummat Islam.
"Sudah lama alim ulama dan para pendakwah menyentil dunia perfilman Indonesia yang menampilkan sosok kiai atau haji sebagai spesialis pemburu hantu. Padahal ulama adalah panutan masyarakat dan tempat rujukan ketika menghadapi masalah. Bukan sekadar penakluk tempat angker," tandasnya.
Agama sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan di Nusantara, bahkan menjadi napas Pancasila. Maka semua orang, termasuk para sineas, berhati-hati ketika membawa hal yang terkait agama dalam karyanya.
Semoga, ke depan para pelaku seni maupun produser film di Indonesia agar bisa lebih bijak lagi dalam membuat film dan bahan-bahan promo yang berkaitan dengannya, ada tanggung jawab besar pada konten yang kita buat, karena itu semua berpengaruh pada persepsi, pola fikir dan keyakinan para penontonnya.