Gaza, Gatra.com - Pasukan Israel dan pejuang Palestina saling berhadapan dalam pertempuran jarak dekat di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa Gaza, pada hari Kamis (28/3). Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan mereka menyerang tentara dan tank Israel dengan tembakan roket dan mortir.
Tentara Israel mengatakan pihaknya terus beroperasi di sekitar kompleks rumah sakit di Kota Gaza setelah menyerbunya lebih dari seminggu lalu. Pasukannya telah membunuh sekitar 200 pria bersenjata sejak dimulainya operasi, “sambil mencegah kerugian terhadap warga sipil, pasien, tim medis, dan peralatan medis,” katanya.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan orang-orang yang terluka dan pasien ditahan di dalam gedung administrasi di Al-Shifa yang tidak dilengkapi fasilitas kesehatan.
“Lima pasien telah meninggal sejak serangan Israel dimulai karena kekurangan makanan, air dan perawatan medis,” kata kementerian tersebut, dikutip Reuters, Kamis (28/3).
Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang, adalah salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang bahkan beroperasi sebagian di Gaza utara sebelum pertempuran terbaru. Itu juga menampung warga sipil yang terlantar.
Rekaman yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan unit operasinya hangus terbakar dan apartemen di dekatnya juga terbakar atau hancur.
Sayap bersenjata kelompok militan Hamas dan Jihad Islam mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “membom, dengan rentetan mortir, pertemuan tentara Israel di sekitar Kompleks Al-Shifa” dalam operasi gabungan.
Jihad Islam menargetkan tank Israel dengan roket anti-tank di luar rumah sakit. Militer Israel mengatakan militan menembaki pasukannya dari dalam dan luar gedung UGD.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan militan Hamas yang menggunakan bangunan sipil, termasuk blok apartemen dan rumah sakit, untuk berlindung. Hamas membantah melakukan hal tersebut.
Setidaknya 32.552 warga Palestina telah tewas dan 74.980 lainnya terluka dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, kata kementerian kesehatan wilayah tersebut pada hari Kamis.
Ribuan orang lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan dan lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, dan banyak di antara mereka yang berisiko mengalami kelaparan.
Perang meletus setelah militan Hamas menerobos perbatasan dan masuk di komunitas-komunitas di Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menculik 253 sandera menurut penghitungan Israel.
Dua rumah sakit lagi terkepung
Pasukan Israel terus memblokade rumah sakit Al-Amal dan Al-Nasser di Khan Younis, sementara beberapa daerah lain di kota Gaza selatan diserang Israel, kata warga.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan tujuh orang yang bekerja untuk organisasi tersebut ditangkap dalam penggerebekan di rumah sakit Al-Amal pada 9 Februari telah dibebaskan setelah 47 hari di penjara Israel.
“Di antara mereka adalah direktur ambulans dan layanan darurat di Jalur Gaza, Mohammed Abu Musabeh. Delapan anggota asosiasi tersebut masih ditahan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Israel mengatakan tentara dari Brigade Komandonya telah menangkap puluhan militan Palestina di wilayah Al-Amal dan menemukan bahan peledak dan puluhan senjata jenis Kalashnikov.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan Rumah Sakit Al-Amal telah berhenti beroperasi karena pertempuran, sehingga hanya 10 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang beroperasi sebagian.
“Sekali lagi, WHO menuntut segera diakhirinya serangan terhadap rumah sakit di Gaza, dan menyerukan perlindungan staf kesehatan, pasien, dan warga sipil,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di X pada hari Kamis.
Di Rafah, tempat lebih dari satu juta orang berlindung, para pejabat kesehatan mengatakan serangan udara Israel terhadap sebuah rumah menewaskan delapan orang dan melukai lainnya.
Israel mengatakan pihaknya merencanakan serangan darat ke Rafah, tempat yang diyakini sebagian besar pejuang Hamas kini berlindung. Sekutu terdekatnya dan pemasok senjata utama, Amerika Serikat, menentang serangan semacam itu, dengan alasan bahwa serangan tersebut akan menimbulkan banyak kerugian bagi warga sipil yang mencari perlindungan di sana.