Jakarta, Gatra.com - Sejumlah guru dan tenaga kependidikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) berbondong-bondong memakai Awan Penggerak yang disiapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk membantu akses materi dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Awan Penggerak adalah sistem berbasis server lokal dan access point. Sehingga tidak perlu internet yang selama ini jadi kendala utama daerah terpencil.
Guru SMPN Abud Kabupaten Tambrauw Papua Barat Daya, Sumbo S. Sundoy menuturkan bahwa Awan Penggerak sangat membantu mereka yang berada di daerah terpencil untuk mengakses materi PMM secara offline.
"Tentu ini menjadi solusi bagi kami yang mengalami kendala akses PMM secara online," kata Sumbo dalam keterangannya yang diterima pada Ahad (24/3).
Diketahui, beberapa waktu lalu Kemendikbudristek merilis secara resmi sistem Awan Penggerak. Sistem ini memiliki empat fitur unggulan yaitu Pelatihan Mandiri Kurikulum Merdeka; Asesmen Murid; Perangkat Ajar tentang rekomendasi materi pelajaran; serta Capaian Pembelajaran, Tujuan Pembelajaran, dan Alur Tujuan Pembelajaran. Materi-materi PMM di sistem Awan Penggerak sama dengan sistem berbasis online. Sistem Awan Penggerak kini mulai diujicobakan berbagai sekolah di enam provinsi yakni Papua Barat, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Aceh.
Menurut Sumbo, selain membereskan persoalan internet, keberadaan Awan Penggerak turut memicu berbagai aktivitas guru lainnya. Berbasis inspirasi dari materi sistem Awan Penggerak, para guru di daerah terpencil membentuk komunitas yang banyak berdiskusi tentang materi yang bermuatan kearifan dan demokrasi lokal.
"Ini menjadi proyek bersama komunitas guru di daerah kami untuk mengajarkan konsep Profil Pelajar Pancasila dengan memasukan konten kearifan lokal," kata dia.
Secara individual, cara pandang guru juga berubah dan semakin termotivasi untuk menambah berbagai inovasi dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah keberadaan materi literasi digital dalam proses belajar mengajar di kelas.
"Yang pasti, ada banyak keuntungan yang besar dari adanya Awan Penggerak," tegas Sumbo.
Hal senada disampaikan Guru SMPN 2 Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Yohannes Fandi Putra William Wowor. Menurutnya, keberadaan Awan Penggerak membuat para guru di daerah terpencil mampu mengakses materi Kurikulum Merdeka dengan baik dan tidak tertinggal dari guru di perkotaan dengan akses internet yang baik.
Yohannes mengatakan masing-masing guru sangat bersemangat dalam memaparkan sudah sejauh mana modul yang telah dipelajari dan bagaimana aksi nyata yang sudah dibuat.
"Di dalam sekolah, kami dapat berkolaborasi untuk menggunakan Awan Penggerak dalam memajukan pendidikan di sekolah," ujarnya.
Kepala Balai Guru Penggerak Papua Barat, Tuning Supriyadi berharap dengan berbagai kemudahan yang diberikan Awan Penggerak, seluruh guru di daerah terpencil dapat lebih mudah mengakses informasi. Para guru juga mulai lebih merasakan dukungan luas dari berbagai pihak yang selama ini dianggap kurang perduli terhadap akses informasi di daerah terpencil.
Ia menilai, sejauh ini banyak sekali guru yang merasa terbantu dengan kemudahan dan kepraktisan sistem Awan Penggerak. Walhasil, banyak sekolah yang berkenan memfasilitasi para gurunya untuk menggunakan sistem tersebut.
"Harapan kami sederhana saja, siapapun guru, di manapun lokasinya kami berharap mereka bisa mengakses sumber informasi, bisa mendapatkan informasi dan juga dapat meningkatkan potensinya. Itulah yang krusial," ucap Tuning.