Surabaya, Gatra.com – Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa, mengatakan bahwa masyarakat saat ini harus bersama-sama kembali mengulurkan tangan dan saling menolong terkait kejadian gempa yang mengguncang daerah pesisir utara Jawa Timur pada Jumat (22/3/2024).
Gubernur Jatim periode 2019-2024 tersebut menyatakan bahwa Jawa Timur memang termasuk dalam kategori Ring of Fire sehingga kemungkinan terjadinya bencana alam sudah harus diantisipasi oleh seluruh pihak.
"Kita memang saat ini harus bersama-sama kembali untuk mengulurkan tangan saling menolong, saling membantu terkait gempa yang episentrumnya berada di Tuban 10 km kedalaman," katanya saat ditemui di sela-sela agenda pada Jumat malam.
Ia menjelaskan bahwa tim terkait harus merespons secara cepat kejadian gempa yang episentrumnya berada pada 132 kilometer Timur Laut Tuban. Ia berharap tim dari Pemerintah Pusat juga segera datang dan melakukan identifikasi terkait gempa dengan bermagnitudo 6,5 yang guncangannya terasa hingga Malang dan Semarang tersebut.
"Saat ini masa tanggap darurat. Masa tanggap darurat ini kan 14 hari. Pak Bupati saya rasa akan segera mengeluarkan SK kedaruratan supaya bisa memberikan support secara financial dan support lain untuk masyarakat yang terdampak," terang Khofifah.
"Setelah masa tanggap darurat itu kan ada masa rehabilitasi dan rekonstruksi itu akan bersama-sama diidentifikasi oleh Kementerian PUPR, BNPB, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial sudah pasti turun. Dari Pemprov juga dari dinas kesehatan dan dinas sosial juga pasti turun," imbuhnya.
Khofifah menjelaskan bahwa salah satu hal terpenting adalah menanggulangi dampak psikologis gempa yang dirasakan oleh masyarakat, terutama yang menjadi korban dari bencana alam tersebut. Ia menekankan agar masyarakat tetap mendapatkan ruang yang layak saat menjalankan ibadah puasa.
"Karena saat ini sedang puasa tentu harapannya masyarakat bisa mendapatkan ruang. Yang tarawih tentu bisa tarawih, kalau ada kebutuhan-kebutuhan untuk mukenah atau sarung juga bisa disiapkan, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan ruang kalau bisa tidak di tenda," katanya.
Ia berharap agar masyarakat bisa mendapatkan tempat yang lebih representatif baik layaknya di gedung olahraga atau berada di rumah-rumah keluarga yang dalam kondisi aman.
"Hal itu agar suasana gempa, musibah, atau bencana alam pada saat puasa ini tidak memberikan dampak yang terlampau berat pada psikologis masyarakat," tegasnya.
Ia menyampaikan, kejadian seperti ini pernah terjadi di Malang beberapa waktu lalu. termasuk yang meminta disiapkan untuk semacam musala darurat untuk tempat tarawih.
"Pada saat itu saya meminta tempat yang memungkinkan mereka bisa memasak lebih. Namanya orang puasa. Ya dampak psikologisnya itu paling tidak bisa terfasilitasi dengan ruangan yang ada," katanya.