Mekkah, Gatra.com - Suara-suara itu terus bergema memanggil semua jemaah untuk datang menunaikan ibadah salat di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, telah berlangsung selama berabad-abad lamanya.
Suara muadzin mengumandangkan takbir, mengagungkan kebesaran Allah SWT dan meneguhkan keimanan kepada Allah dan rasulnya, Muhammad SAW terasa menyemangati dan menyejukkan jiwa, sebelum imam memimpin pelaksanaan salat lima waktu dalam sehari.
Almukbariya, di Masjidil Haram Makkah adalah tempat khusus muazin mengumandangkan suaranya yang penuh perasaan, melantunkan adzan (panggilan salat). Ini adalah tempat di mana ia mengulangi sebanyak lima kali proses pelaksanaan sebelum salat yang dimulai Takbiratul Ihram (takbir pembukaan), ruku (membungkuk), sujud (sujud) dan salat penutup, dipimpin imam.
Almukbariya kini dilengkapi dengan perangkat teknologi modern, yang memungkinkan suara muazin terdengar ke seluruh penjuru masjid dan di luar masjid.
Arabnews, Senin (18/3) melaporkan, Kepresidenan Urusan Dua Masjid Suci mengatakan pentingnya tempat Almukbariya sebagai ‘kekuatan’ memanggil ratusan ribu jamaah di dalam dan sekitar Masjidil Haram untuk salat.
Muazin tiba di dalam Almukbariya, satu jam sebelum adzan. Pada setiap pelaksanaan salat, disiapkan perangkat ‘pengurus masjid’ seperti muazin, pemanggil salat jenazah, dan muazin pengganti.
Suara merdu dan penuh perasaan dari para muazin, muda dan berpengalaman, bergema di seluruh tempat doMasjidil Haram. Kepresidenan umum yang diwakili oleh Badan Urusan Imam dan Muazin menetapkan jadwal khusus di mana para muazin, ini secara bergantian melantun adzan dan iqamah.
Kabin Almukbariya yang menghadap ke mataf (kawasan tepat melakukan tawaf mengelilingi kabah --bangunan persegi di tengah masjidil haram), telah melalui beberapa tahapan perubahan.
Dulu dibongkar pada tahun 1337 H (1958) karena ekspansi pertama Saudi, kemudian dipindahkan ke “maqam Syafi'i” di atas Sumur Zamzam hingga tahun 1383 H, dan kemudian ke mataf selatan, Ka'bah hingga pembangunannya selesai pada tahun 1397 H.
Saad Al-Joudi, peneliti sejarah Makkah, mengatakan, azan pertama, pada siang hari di Masjidil Haram, dikumandangkan dari atap Ka'bah oleh sahabat Nabi Muhammad, Bilal bin Rabah. Kumandang azan ini atas perintah nabi pada hari penaklukan Makkah pada tahun 630 (8 Hijriah).
Al-Joudi menambahkan bahwa Almukbariya dianggap sebagai “kaca pembesar” Masjidil Haram dengan kelengkapan banyaknya teknologi modern yang memungkinkan transmisi suara muazin terdengar ke seluruh masjid dan sekitarnya.
Pengeras suara di Masjidil Haram diperkenalkan pertama kali pada tahun 1947 pada masa pemerintahan Raja Abdulaziz.
Mendiang sejarawan dan penulis Makkah Prof. Ahmed Ali Asad Allah Al-Kazemi mengatakan dalam memoarnya “The Daily Events in Makkah” bahwa pada tahun 1947, Syekh Abd Al-Zahir Abu Al-Samh, imam dan khatib Masjidil Haram, bertanya Menteri Keuangan Abdullah bin Suleiman Al-Hamdan untuk menyediakan pengeras suara dan mikrofon.
Ia menulis, pada tahun tersebut pengeras suara yang ada di Masjidil Haram digunakan untuk khutbah Jumat dan Idul Fitri yang jatuh pada hari yang sama. Khotbah biasanya disampaikan oleh putra Syekh Abu Al-Samh, Abdul Rahman, dan hanya sedikit jamaah di masjid yang dapat mendengarnya.
Namun, pada tanggal 31 Oktober 1947, Syekh Abu Al-Samh menyampaikan khotbah Jumat dengan mikrofon yang didengar ribuan jamaah di Masjidil Haram.
Pada tahun 1957, lokasi diubah ketika perluasan Mataf pertama di Masjidil Haram berlangsung. Pada tahun 1963, para muazin ditempatkan di gedung pribadi terpisah — Almukbariya.
Bangunan ini dirancang agar suara lebih jernih didengar sekaligus ‘memperkuat’ suara muazin. Terdapat pula ruang dan studio pengatur suara dan televisi, ruang tunggu khusus muazin dan penggantinya, serta ruang pelayanan umum. Mataf dan Ka'bah terlihat dari bagian selatan Almukbariya.