Jakarta, Gatra.com - Penyiapan sumber daya manusia (SDM) dibidang industri fesyen menjadi salah satu upaya yang tengah digagas melalui pendidikan vokasi. Apalagi, saat ini diakui tantangan dan peluang industri tersebut semakin kompleks.
Saat ini terdapat 1.130 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 10 Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) dengan kompetensi keahlian atau program studi tata busana yang tersebar di seluruh Indonesia yang siap mengembangkan industri modest fashion.
"Pendidikan Vokasi diharapkan bisa menjadi solusi atas tantangan tersebut," ujar Direktur SMK Kemendikbduristek, Wardani Sugiyanto dalam keterangan tertulis, Senin (18/3).
Guna menghela tujuan itu, Kemendikbudristek melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) juga mendukung kemitraan antara DUDI dan satuan pendidikan vokasi (SPV) melalui penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara SMK dengan industri.
Teranyar, perjanjian kerjasama dilakukan bersama BT Batik Trusmi. Kemitraan ini diharapkan dapat memunculkan produk kreatif dari siswa SMK untuk bisa disalurkan dan masuk dalam roda perdagangan secara luas.
"Selain itu, kami ingin memadukan potensi para guru, para siswa dengan pasar, bersama dengan potensi yang ada di industri, sehingga kita menyiapkan SDM sesuai dengan kebutuhan industri,” tutur Wardani.
Lima SMK yang menandatangani PKS dengan BT Batik Trusmi, yaitu SMKN 30 Jakarta, SMKN 32 Jakarta, SMKN 2 Cirebon, SMK Yami Waled Cirebon, dan SMK Bina Cendekia Cirebon. Bagi industri Batik Trusmi, adanya kemitraan dengan SMK menjadi sebuah peluang untuk mengembangkan bisnis, terutama dalam merekrut SDM tata busana yang terampil dan kompeten.
“Ini seperti gayung bersambut. Kami di industri fesyen, khususnya kriya memang industri yang padat karya sehingga membutuhkan banyak kolaborasi dengan pihak-pihak terkait," kata CEO dan founder BT Batik Trusmi, Sally Giovanny.
Ruang lingkup PKS tersebut mencakup, Penyelarasan kurikulum berbasis industri; Peningkatan kompetensi bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik; Penyediaan pendidik tamu dari DUDI di SPV; Pengembangan dan pemanfaatan sarana dan prasarana; Sertifikasi kompetensi bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik; Praktik Kerja Lapangan dan/ atau magang; dan Rekrutmen lulusan pendidikan vokasi.
Dengan adanya kemitraan yang kuat antara semua pihak terkait maka akan tercipta ekosistem kemitraan yang dapat membantu menciptakan lulusan yang siap kerja dan memenuhi kebutuhan pasar kerja secara efektif. Hal ini penting untuk dilakukan guna mengatasi kesenjangan keterampilan dan meningkatkan daya saing perekonomian.
“Setiap program harus menjadi suatu habit baru karena pendidikan vokasi itu memiliki watak yang berbeda,” tutup Yoggi Herdani, Koordinator Tim Kerja Bidang Kemitraan Dit. Mitras DUDI.