Home Ekonomi UMKM Pegang Peran Penting di Sektor Agrikultur dan Akuakultur: Perlu Didorong Masuk Rantai Pasok Industri

UMKM Pegang Peran Penting di Sektor Agrikultur dan Akuakultur: Perlu Didorong Masuk Rantai Pasok Industri

Jakarta, Gatra.com - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi bagian terpenting yang harus dilibatkan dalam proses hilirisasi, terutama dalam pengembangan produk di bidang agrikultur dan akuakultur. UMKM juga ditargetkan mampu berperan dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Hillirisasi atau integrasi vertikal dan horizontal dalam sektor agrikultur dan akuakultur menjadi penting dalam upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh UMKM. Untuk itu, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki menekankan pentingnya proses hilirisasi tidak hanya ditujukan untuk skala usaha besar. Ini merupakan strategi krusial yang juga sangat relevan bagi sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kelautan yang banyak digerakkan oleh Koperasi dan UMKM.

“Hilirisasi tidak hanya tentang peningkatan nilai tambah. Tetapi ini tentang mengubah paradigma ekspor bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi pembangunan ekonomi kita ke arah yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” katanya dalam diskusi bersama Forum Wartawan Koperasi dan UKM (FORWAKOP) dengan tema ‘Peran UMKM dalam Hilirisasi sektor Agrikultur dan akuakultur’ di Jakarta, Jumat (8/3).

Dalam acara diskusi yang didukung oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Permodalan Nasional Madani (PMN), dan PT Perum Bulog ini, Teten menegaskan bahwa hilirisasi dalam konteks industrialisasi bukan hanya meningkatkan nilai tambah produk UMKM. Tetapi juga membawa produk UMKM masuk dalam ekosistem bisnis industri atau rantai pasok.

“Mengapa sampai hari ini UMKM masih sulit mengakses teknologi modern, pembiayaan maupun akses pasar? Karena UMKM kita disconnect (tidak terhubung) dengan industri. Karena didominasi mikro, kebanyakan UMKM kita bersifat mandiri. Beli bahan baku sendiri, packaging sendiri dan lainyya,” ucap Teten.

Ia menyebut, beberapa negara maju seperti China dan Korea Selatan telah menjadikan UMKM sebagai bagian dari rantai pasok industri. Hal ini yang perlu diterapkan di Indonesia, dengan begitu UMKM tidak hanya berdiri sendiri.

Oleh karena itu, lanjut Teten, diperlukan adanya tindakan strategis dan kolaboratif untuk menghadapi tantangan global maupun nasional yang kompleks. Apalagi, saat ini dunia termasuk Indonesia sedang menghadapi kerawanan pangan yang signifikan akibat perubahan iklim yang ekstrem.

Tercatat, kontribusi sektor pertanian di tahun 2023 terhadap PDB sebesar Rp2.617 triliun atau 12,5%. Sedangkan pertumbuhan sektor pertanian selama lima tahun terakhir antara tahun 2018 hingga 2023 rata-rata sebesar 2,1% atau masih di atas kenaikan jumlah penduduk 1,13%. Namun, pertumbuhan sektor pertanian itu masih berada jauh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 3,4%.

Dalam upaya mendorong hilirisasi, Kementerian Koperasi dan UKM telah membangun 11 Rumah Produksi Bersama (RPB). Empat di antaranya berfokus pada komoditas pertanian seperti coklat di Jembrana Bali, pasta cabai di Batu Bara, Fitofarmaka Jahe di Kaltim, dan susu di Sleman DIY. Adapun tujuh RPB lainnya dikhususkan untuk minyak makan merah yang pembangunannya didukung oleh BPDKS, LPDB, dan Bank Mandiri.

“Ke depan, rencananya akan dikembangkan RPB yang akan berfokus pada rumput laut dan hidrolisat ikan, bertujuan untuk mengkonversi ikan menjadi susu. Hilirisasi sangat penting dilakukan untuk menaikkan kelas petani dan nelayan menjadi bagian dari industri yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan,” tuturnya.

Kemenkop UKM juga berkomitmen untuk memastikan terjaganya ekosistem bisnis UMKM di sektor agrikultur dan akuakultur. Misalnya seperti melalui dukungan pembiayaan kepada Koperasi Al-Itifaq. Koperasi ini tidak hanya melakukan hilirisasi pertanian tetapi juga pemberdayaan berbasis komunitas pesantren. Koperasi Al-Itifaq berperan sebagai agregator dan distributor produk pertanian anggotanya.

Selain itu, saat ini sedang dikembangkan Indonesia Trading House (ITH) di China, yang akan memainkan peran penting dalam memasarkan dan mengolah produk pertanian Indonesia, seperti durian, kelapa, dan nangka dari Parigi Mountong.

“Rencananya termasuk kerja sama dengan petani untuk menanam nangka sekitar 10 ribu hektar, memperluas jangkauan dan memperkuat posisi pasar produk pertanian Indonesia,” ucap Teten.

Deputi Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Hanung Harimba Rachman menyebut bahwa KemenKopUKM terus mendorong terciptanya pohon industri. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang selama ini dijual dalam bahan mentah seperti sarang walet, ikan, udang, hingga rumput laut.

“Produk mentah tersebut, kalau diolah dengan melibatkan UMKM tentu akan memiliki nilai tambah. Bahkan jika dipromosikan dengan baik, kita harapkan akan terbentuk ekosisitem,” katanya.

398