Home Info Sawit Ngariung Bekal Renstra di 'Kota Kembang'

Ngariung Bekal Renstra di 'Kota Kembang'

Pergi ke Bandung membeli jaket,
Pulang ke Jakarta naik kereta,
Mari kita bicara tentang kelapa sawit,
Untuk kemajuan Indonesia tercinta...

Itulah bait pantun yang dibacakan oleh lelaki 53 tahun ini saat membuka Forum Group Discussion (FGD) Membangun Kelapa Sawit Indonesia yang Berkelanjutan, di Canaveral lantai dua The Luxon Hotel Bandung, Jawa Barat (Jabar) tadi pagi.

Di 'Kota Kembang' ini, dari pagi sampai malam ini, Kabul Wijayanto ingin mengumpulkan ragam masukan dari stakeholder hulu hingga hilir kelapa sawit untuk menjadi bagian dari bekal Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyusun rencana strategi (renstra) bisnisnya periode 2025-2029.

Kabul Wijayanto (tengah, pakai batik) bersama para narasumber FGD Membangun Kelapa Sawit Indonesia yang Berkelanjutan. Foto: (GATRA/Aziz) 

Renstra bisnis yang sejalan dengan renstra kementerian dan lembaga dari hulu-hilir sebagai bagian dari anggota komite pengarah BPDPKS.

Biar itu kesampaianlah makanya Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS ini mengundang asosiasi petani, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Ada Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr. Gulat Manurung, Wakil Ketua Umum DPP Sawitku Masa Depanku, Abdul Aziz, Wakil Ketua III GAPKI, Satrija B. Wibawa, Sekretaris Jenderal Aprobi, Ernest Gunawan dan Wakil Kepala PPKS, Dr. Riza Arief Putranto.

Masukan-masukan dari para stakeholder ini menjadi teramat penting. Sebab sesungguhnya program BPDPKS itu ada delapan.

"Selama ini orang tahunya program BPDPKS itu cuma enam; replanting, sarpras, pengembangan SDM

Hilirisasi, penelitian dan pengembangan serta promosi. Padahal sebetulnya ada delapan. Dua lagi antara lain; pemenuhan kebutuhan pangan dan hilirisasi industri perkebunan kelapa sawit," urai Kabul.

Selain delapan program tadi, BPDPKS kata magister manajemen keuangan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta ini, masih punya tiga tujuan strategis; peningkatan kesejahteraan petani, penguatan hilirisasi dan stabilisasi harga CPO.

"Ke depan, dinamika akan terus berkembang dan variabelnya akan makin banyak. Ini musti kita antisipasi dengan menyamakan persepsi lintas stakeholder. Sebab jika sudah satu persepsi, program akan lebih mudah kita jalankan" katanya.

Kabul kemudian mengulas kalau kontribusi sawit pada tahu lalu sangat besar meski terjadi penurunan harga. Program Presiden Jokowi tentang hilirisasi sawit juga bisa dibilang sukses.

"Pada periode 2015-2020, ekspor Crude Palm Oil (CPO) masih di angka 15-18%. Tapi sejak 2021-2023, sudah landai. Rata-rata hanya 6-7%. Sementara produk refinery sudah di angka 60-70%," lelaki ini merinci.


Abdul Aziz

70