Jakarta, Gatra.com - Universitas Tarumanagara (Untar) kembali mengukuhkan guru besar teranyar. Kali ini Untar mengukuhkan tiga profesor baru, yakni: Guru besar dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Prof. Lina, S.T., M.Kom., Ph.D; serta dua guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Prof. Dr. Drs. Sawidji Widoatmodjo, S.E., M.M. dan Prof. Dr. Ignatius Roni Setyawan, S.E., M.Si.
Upacara pengukuhan dipimpin Rektor Untar Agustinus Purna Irawan dan turut dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Tarumanagara Ariawan Gunadi serta perwakilan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi wilayah III (LLDikti III).
Dalam pengukuhan, masing-masing guru besar pun menyampaikan orasi ilmiahnya. Lina yang menjadi Profesor Bidang Ilmu Teknik Informatika menyampaikan orasi berjudul “Beyond Tomorrow: Menavigasi Lanskap Kecerdasan Buatan di Masa Depan.”
Dalam orasinya, Lina menggambarkan bahwa manusia masa kini perlu melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi terhadap cara pandang dan cara kerja bersama mesin agar dapat menghasilkan luaran yang kreatif dan inovatif dengan cara yang lebih efisien.
“Mesin dengan kecerdasan buatan tidak akan menggantikan manusia, namun manusia dengan kecerdasan buatan akan menggantikan manusia yang tidak menggunakannya,” jelas Lina dalam keterangan tertulis, Kamis (7/3).
Sementara itu, Roni Setyawan dalam pidato pengukuhannya mengangkat tajuk “Optimalisasi Tanggung Jawab Sosial dan tanggung Jawab Digital Seorang CEO: Pelajaran dari Elon Musk (TESLA).” Roni mengangkat kondisi dunia bisnis yang semakin berubah secara cepat dan makin terdigitalisasi. Revolusi Industri 4.0 mengharuskan perusahaan beradaptasi dengan perubahan bisnis ke arah dunia yang serba digital.
“Apa yang dilakukan oleh perusahaan Elon Musk akan menginspirasi generasi muda baik milenial dan Z untuk semakin bertanggung jawab mendigitalkan model bisnis dalam rangka peningkatan efektivitas pendapatan dan efisiensi biaya,” tutur dia.
Terakhir, Pidato pengukuhan Sawidji mengangkat judul “Wiraswastawan Produsen Sebagai Strategi Pembaruan Keunggulan Komparatif Untuk Mewujudkan Indonesia Emas.” Topik ini berangkat tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan pada angka 5% per tahun, target Indonesia emas 2045 sulit diwujudkan.
“Wisatawan produsen dapat bekerja dengan baik jika saran dipenuhi, yaitu tersedianya inovasi dan wiraswastawan. Tugas ini menjadi bagian perguruan tinggi,” beber dia.