Jakarta, Gatra.com – Direktur Sales dan Operasi PGN, Ratih Esti Prihatini, mengatakan, Liquefied Natural Gas (LNG) merupakan solusi untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi sehingga LNG seringkali disebut sebagai energi masa depan.
“LNG merupakan solusi yang lebih fleksibel untuk transportasi gas bumi dengan sumber yang lokasinya jauh dari jaringan pipa dan demand gas bumi,” kata Ratih dalam keterangan pers, Rabu (6/3).
Ratih dalam acara Customer Business Forum di Tangerang, Banten, lebih lanjut menyampaikan, sebagaimana disampaikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahwa kebutuhan gas bumi tidak selalu dan tidak akan terus dapat dipenuhi oleh sumber gas yang sudah terhubung dengan infrastruktur jaringan pipa gas.
Pasalnya, sumber pasokan eksisting sudah mengalami natural decline. Hal ini tidak dapat dihindari sebagaimana tercermin dari terus berkurangnya produksi gas bumi di sumur-sumur yang sudah lama beroperasi.
Salah satu contohnya, sumber gas bagi PGN dari blok Corridor di Sumatera Selatan (Sumsel) yang hanya memasok gas bumi sekitar 440 MMSCFD pada awal tahun 2024.
Sebelumnya, blok ini masih mampu memasok gas bumi lebih dari 500 MMSCFD pada tahun 2022 dan 2023. Jumlah realisasi penyaluran gas pada 2024 turun dibandingkan 2022 dan 2023 yang masih mencapai 850 MMSCFD.
”Mau tidak mau, kita harus terbiasa dengan LNG sebagai solusi gas balance kebutuhan gas bumi nasional di tengah terus meningkatnya kebutuhan gas bumi, terutama untuk industri,” ujarnya.
Ratih menjelaskan, inisiatif tersebut merupakan bagian dari upaya PGN untuk mewujudkan komitmen memenuhi kebutuhan gas bumi kepada pelanggan serta optimalisasi pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi.
Menurutnya, PGN optimistis tetap dapat melayani pelanggan dengan layanan energi yang realible, bersaing, dan berkelanjutan. Pasalnya, PGN mengelola 90% infrastruktur gas nasional dalam berbagai moda transportasi, baik pipa maupun nonpipa.
“Seperti Floating Storage Regasification Unit (FSRU), Land Based Energy Terminal, SPBG, MRU, dan LPG Processing Plant serta kemampuan mengintegrasikan seluruh potensi gas bumi di segala penjuru negeri dalam berbagai jenis molekul gas,” ujarnya.
Ratih menyampaikan, kehadiran LNG bukan sebagai substitusi gas pipa. PGN tetap akan mengoptimalkan volume alokasi gas pipa sehingga dalam hal terjadi kekurangan pasokan dan ketersediaan gas dari pemasok, maka LNG merupakan solusinya.
”Pelanggan juga perlu memahami bahwa berbeda dengan gas pipa yang harganya cenderung tetap, harga LNG cenderung fluktuatif karena ditentukan oleh mekanisme pasar,” katanya.
Selain itu, rantai penyaluran LNG juga lebih panjang dibandingkan rantai penyaluran pipa gas. Sebab terdapat proses tambahan berupa pendinginan, transportasi, penyimpanan, dan regasifikasi. Meski begitu, selain ramah lingkungan, LNG tetap lebih efisien dibandingkan sumber energi fosil lainnya.