Yogyakarta, Gatra.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyebut pasar Eropa menolak produk perikanan Indonesia karena cara penangkapannya yang barbar. Karena itu, Indonesia mengundang investor dalam penangkapan dan pembudidayaan perikanan yang berkelanjutan.
“Produk perikanan kita yang setiap tahun mencapai 12-13 juta ton diekspor ke China 20-30 persen, 60 persen ke Amerika, dan 10 persen ke Jepang. Pasar Eropa belum maksimal dan cenderung menolak karena melihat cara penangkapan kita masih barbar,” kata Menteri Sakti di Yogyakarta, Rabu (6/3).
Penangkapan barbar yang dimaksud adalah penangkapan yang tidak terukur. Semua ikan ditangkap tanpa peduli ukurannya. Hal ini berbeda dengan Norwegia yang mampu mengekspor salmon ke 64 negara karena menerapkan penangkapan terukur pada ikan yang benar-benar siap tangkap.
“Itu sebabnya, kontribusi produk ikan salmon di Norwegia nyata kepada negara. Di sana rakyatnya 80 persen sejahtera dan 20 persen kaya. Sedangkan masyarakat pesisir kita masih banyak yang miskin,” katanya.
Sakti juga menyoroti pembudidayaan lobster di Vietnam yang terus tumbuh, sementara bibitnya 100 persen berasal dari Indonesia. Padahal Indonesia mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor benur.
Selain itu, Indonesia telah mengajukan protes ke pihak internasional untuk menyatakan ekspor lobster sebagai penangkapan ilegal. Jadi tidak hanya penangkapan ikan oleh nelayan negara lain di lautan Indonesia yang ilegal, ekspor benur juga diminta dinyatakan ilegal.
“Karenanya kita menjalin kerja sama dengan pemerintah Vietnam di mana kita akan menjadi bagian dari global supply chain. Artinya jangan kamu saja yang menikmati, kami juga ingin menikmati, sehingga memunculkan kolaborasi dengan mengundang investor mereka untuk berinvestasi di sini,” tegasnya.
Sakti juga menyatakan, dengan angka produksi 6 juta ton untuk perikanan tangkap dan 7 juta ton per tahun untuk perikanan budidaya, KKP siap mendukung program makan siang gratis yang diusung Prabowo-Gibran.
“Sangat siap. Produksi 13 juta ton; 7 juta dari perikanan tangkap, 6 juta dari perikanan tangkap. Tidak ada masalah,” tutupnya.