Mina, Gatra.com- Angin bertiup meliuk-liuk di Lembah Muhassir, Mina, 13 kilometer dari Mekkah. Angin itu membawa debu-debu gurun menyapu rombongan pasukan berkuda dan gajah menuju Mekkah Al Mukaromah yang sudah kosong ditinggal penduduknya mengungsi ke gunung-gunung. Tujuan mereka hanya satu menghancurkan Kabah.
Cuaca bulan Februari sangat bersahabat. Suhu siang hari hanya berkisar 29 derajat Celsius. Sejuk untuk ukuran suhu di padang gurun yang biasanya tajam menikam.
Namun, tiba-tiba gajah Afrika yang diberi nama Mahmud itu seperti menabrak pagar gaib. Dia mogok tidak mau melanjutkan perjalan menuju Mekah yang sudah di depan mata. Aksi mogok itu diikuti 7 gajah lainnya.
Anehnya, jika mereka dihadapkan menjauhi Mekah, mereka mau berjalan. Dan kembali mogok saat dihela menuju Mekah. Ketika dipaksa, gajah-gajah perkasa itu tak bergeming. Gajah itu selalu mundur dan tampak ingin kembali ke arah Yaman.
Raja Abrahah al Ashram, raja muda kerajaan Aksum yang memerintah Yaman dan sebagian besar wilayah Arab Saudi modern, dan pasukannya kebingungan. Di tengah kepanikan mereka tetiba terjadi hujan batu berapi. Batu dengan kecepatan 25.000 km per jam itu pecah di udara. Serpihannya meluncur deras menghantam pasukan Abrahah. Serpihan sebesar pasir pun sanggup mengiris-iris kulit pasukan bergajah itu.
Kejadian pada Februari 570 M itu diabadikan dalam Alquran. Tuhan menggambarkan pasukan Abrahah yang disiram hujan batu api seperti daun yang dimakan ulat. Kejadian itu di lembah Muhassir, Mina, 13 kilometer dari Kota Mekah.