Jakarta, Gatra.com – Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) Jakarta, Dr. drg. Eva Fauziah, Sp.KGA, K-PKOA, menjelaskan, mengonsumi tablet hisap bakteri baik secara rutin bisa membantu mencegah terbentuknya karies pada gigi, terutama pada anak berkebutuhan khusus yang sangat minim mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
“Tablet hisap ini bakteri baik spesifik yaitu strain Lactobacillus reuteri yang teruji klinis efektif pada pasien Indonesia memelihara kesehatan rongga mulut,” katanya dalam keterangan pers pada Rabu (14/2).
Ketua IDGAI Indonesia, Iwan Ahmad Musnamirwan, drg., Sp.KGA.SUBSP.KKA(K), menyampaikan, mulut kita adalah rumah bagi 700 spesies mikroba yang terdiri dari bakteri baik dan bakteri jahat. Hampir semua masalah gigi dan mulut dapat ditelusuri, penyebabnya adalah bakteri patogen di rongga mulut.
“Konsumsi suplemen bakteri baik setiap hari mudah dilakukan, dan dapat menciptakan ekologi rongga mulut yang sehat, sehingga bakteri patogen berkurang dan masalah gigi dan mulut juga menjadi lebih minim,” katanya.
Sedangkan Nt Clear Varnish merupakan produk yang bisa diaplikasikan ke gigi pasien oleh dokter gigi di tempak praktik. Salah satu efektivitas yang dihasilkan oleh Nt Clear Varnish adalah melepaskan fluoride secara berangsur sejak pertama dioleskan pada gigi.
Pelepasan fluoride secara berangsur bermanfaat untuk melindungi enamel gigi dan mencegah karies gigi. Efek pelepasan fluoride dari varnish ini dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies, sehingga direkomendasikan untuk anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan gigi dan pada pasien dengan risiko karies tinggi.
“Salah satu fungsi fluoride adalah melindungi enamel gigi dari serangan asam yang berasal dari makanan yang difermentasi oleh bakteri. Artinya, fluoride varnish berperan dalam mencegah gigi berlubang (karies),” kata Iwan.
Kedua dokter tersebut menyampaikan, pernyataan tersebut dalam Pertemuan Ilmiah Nasional Ilmu Kedokteran Gigi Anak ke-17 (PIN IKGA 17) pada awal Februari 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).
Pertermuan ilmiah nasional atau simposium tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan PT Interbat, salah satu perusahaan farmasi dan kesehatan terkemuka di Indonesia yang sudah 75 tahun berperan mendukung layanan kesehatan bangsa.
Simposium tersebut menyikapi masih menimnya ?edukasi kesehatan gigi dan mulut anak yang baik dan sebanyak 93% anak Indonesia berusia 5–6 tahun mengalami gigi berlubang. Rendahnya kesadaran kesehatan gigi dan mulut anak juga mempunyak dampak jangka panjang, seperti gangguan tumbuh kembang dan asupan nutrisi yang tidak optimal.
Simposium ini diadakan dalam rangka: Meningkatkan Layanan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Penelitian dan Inovasi Terkini dalam Kedokteran Gigi Anak.
Acara ini diadakan untuk dokter gigi spesialis anak dan dokter gigi umum di seluruh Indonesia serta mengundang banyak ahli kedokteran gigi sebagai narasumber dari berbagai negara, seperti Malaysia, Jepang, Korea, dan Indonesia untuk membahas prevalensi, penyebab, dan cara pencegahan gigi berlubang pada anak, terutama pada anak berkebutuhan khusus.
Gigi berlubang atau karies merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada masa pertumbuhan anak. Ini disebabkan oleh interaksi bakteri dengan makanan manis yang meningkatkan keasaman pada rongga mulut.
Bakteri penyebab gigi berlubang dapat tumbuh lebih baik pada lingkungan rongga mulut yang asam, sehingga mengakibatkan demineralisasi enamel gigi dan karies gigi. Proses gigi berlubang diawali dengan terkikisnya lapisan luar gigi yang disebut enamel, dan dapat terus berlanjut ke lapisan gigi lebih dalam di mana terdapat saraf dan pembuluh darah.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 2018 bahwa 93% anak usia 5–6 tahun mengalami gigi berlubang. Sama mirisnya, pada penelitian di Sulawesi Selatan, 91,2% dari anak ditemukan tidak melakukan praktik menyikat gigi yang benar, yaitu setidaknya dua kali sehari.
Hal ini diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Menurut hasil riset dari FKG UGM, 95,5% masyarakat Indonesia mengaku tidak pernah ke dokter gigi selama setahun terakhir.
Kesehatan rongga mulut sebenarnya merupakan aspek yang sangat penting untuk kesehatan secara umum, terutama bagi kelompok rentan, seperti anak-anak dan anak berkebutuhan khusus.
Rongga mulut adalah salah satu barrier pertahanan pertama organ tubuh kita terhadap paparan bakteri ataupun virus yang infeksius. Apalagi pada anak-anak berkebutuhan khusus, di mana praktik kesehatan rongga mulut ternyata lebih parah, sehingga lebih banyak lagi dijumpai karies gigi yang sama sekali tidak terawat.
Menurut Jurnal Kesehatan Gigi tahun 2022, anak berkebutuhan khusus mempunyai keterbatasan kecerdasan dan motorik yang menyebabkan kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan mereka dalam mengurus dirinya sendiri secara independen, sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan intervensi dini berupa bantuan dari orangtua dan dokter gigi untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Kebersihan rongga mulut yang baik dapat mencegah gigi berlubang pada anak. Orangtua dapat membantu anak membangun kebiasaan menjaga kebersihan gigi yang sehat, dimulai dari praktik menyikat gigi yang rutin. Namun, ternyata sikat gigi hanya bisa membersihkan 25% dari keseluruhan rongga mulut dan tidak cukup menjadi cara satu-satunya untuk merawat kesehatan gigi.
Guna menjawab kebutuhan ini, Interbat memiliki solusi inovatif yaitu Interlac Pro-D dan Nt Clear Varnish. Interlac Pro-D adalah tablet hisap dengan kandungan bakteri baik dari strain Lactobacillus reuteri yang telah dipatenkan dan teruji klinis pada pasien di Indonesia dan mancanegara, dengan hasil efektif untuk memelihara kesehatan rongga mulut serta menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri jahat di dalam mulut, termasuk bakteri penyebab karies pada enamel gigi.
Pasta gigi umumnya mengandung fluoride dan baik digunakan setiap hari, namun kadar fluoride pada pasta gigi dan varnish jelas berbeda. Nt Clear Varnish mengandung 5% Sodium Fluoride atau 22.600 ppm, sedangkan pasta gigi pada anak sekitar 500 ppm. Dalam kondisi gigi pasien yang aman, penggunaan Varnish bisa diaplikasikan di enamel gigi sesuai kondisi pasien.
PIN IKGA 17 ditutup dengan kegiatan Bakti Sosial yang diinisiasi oleh Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia, melalui pengaplikasian Nt Clear Varnish oleh 200 dokter gigi kepada 250 anak berkebutuhan khusus.