Home Politik Hindari Politik Pecah Belah, ProGib Nusantara Inisiasi Diskusi Nasional Bersama Aktivis, Alumni Perguruan Tinggi, dan Mahasiswa

Hindari Politik Pecah Belah, ProGib Nusantara Inisiasi Diskusi Nasional Bersama Aktivis, Alumni Perguruan Tinggi, dan Mahasiswa

Jakarta, Gatra.com- Ketua Umum Relawan ProGib Nusantara, Hafif Assaf mengatakan bahwa dalam proses demokrasi boleh saja menyampaikan kritik, dan aspirasi oleh siapa saja, termasuk para akademisi serta mahasiswa. "Penyampaian pendapat ini ada baiknya dilakukan dengan koridor yang tepat dan argumen yang logik, serta dasar hukum yang jelas tanpa harus mendelegitimasi pemilu 2024," katanya dalam keterangannya, Sabtu (10/2).

Bahkan, lanjut dia, cenderung menyudutkan salah satu konstenstan Capres dan Cawapres pada pemilihan yang akan dilakukan sebentar lagi ini. "Alih-alih memberikan masukan, malah sebenarnya pemberi kritik ini terindikasi partisan salah satu pendukung Capres-Cawapres tertentu, yang memiliki tujuan elektoral,"ujar Hafif.

Sebagai informasi, Relawan ProGib Nusantara menyelenggarakan Diskusi Nasional 2024 yang bertemakan Menjaga Demokrasi, Melanjutkan Indonesia Maju. Acara ini diadakan oleh ProGib Nusantara dan berkolaborasi dengan Koalisi Indonesia Muda, Koalisi Mahasiswa Indonesia serta di hadiri oleh ratusan Aktivis, Alumni Perguruan Tinggi dan Mahasiswa se-Jabodetabek yang berlokasi di Riase Cikini, Jakarta Pusat.

​​​​​​Baca juga: Pemilu 2024 Momentum Memberikan Hak Suara dengan Penuh Kasih Sayang

Koordinator Nasional Koalisi Mahasiswa Indonesia, Abraham menambahkan bahwa Demokrasi di Indonesia pada saat ini masih sedang baik-baik saja. "Pertanyaannya, Kenapa sekelompok orang yang mengaku kelompok Intelektual organik baru muncul akhir-akhir ini saja, khususnya menjelang masa pencoblosan di Pemilu 2024," tegas dia.

Seharusnya, lanjut dia, para intelektual organik tidak hanya sekedar mengkritik saja. "Melainkan menyiapkan solusi road map blue print menuju Indonesia Bonus Demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045," tutur Abraham.

Mantan Ketua PC PMII DKI Jakarta, Rizky Abdurrahman Wahid  menyampaikan bahwa kaum Intelektual (Guru Besar, Civitas Akademik, Alumni dan Mahasiswa) harus menjaga demokrasi, serta menolak segala bentuk polarisasi. "Kita mengkhawatirkan perihal ini di tunggangi oleh kelompok tertentu dan partisan salah satu Capres-Cawapres, serta akan menyebabkan polarisasi dan kegaduhan di akar rumput, ini yang harus kita hindari" ucap Rizky.

Baca juga: TKN Sebut Prabowo-Gibran Tawarkan Strategi Transformasi Bangsa Lewat Kebudayaan

Onky Fachrur Rozie selaku eks Koordinator Pusat BEM/DEMA PTKIN Se-Indonesia menuturkan bahwa semua pihak termasuk anak muda sudah cerdas dan sepakat untuk tidak mendegradasi proses demokrasi yang sudah berjalan. "Tapi kita fokus pada narasi besar Indonesia maju untuk percepatan, penyempurnaan, dan keberlanjutan," tandasnya.

Rully Satria selaku Ketua DPP Bidang Kelembagaan Relawan ProGib Nusantara juga turut menyampaikan bahwa sebagai insan dan warga negara republik Indonesia perlu menjaga kondusifitas iklim perpolitikan indonesia dengan riang gembira. "Penuh gagasan dan tidak perlu menyudutkan lawan politik dengan berbagai macam propaganda yang saling menjatuhkan," jelasnya.

Tidak hanya itu, Imam Pesuwaryantoro selaku Ketua DPP Bidang Humas Relawan ProGib Nusantara turut menyampaikan bahwa Guru-Guru Besar dan Akademisi Intelektual Indonesia baiknya ikut mengedukasi para pemilih pemula generasi millenial dan gen z dengan gagasan dan substansi. "Serta mengurangi tensi politik becah belah melalui petisi tak mendasar," pungkasnya.

23