Kuala Lumpur, Gatra.com - Malaysia kini memiliki Kepala Negara Tertinggi yang baru, setelah pelantikan Yang Mulia Sultan Ibrahim dari Johor sebagai Raja Malaysia ke-17, dalam sebuah upacara yang kental dengan tradisi Melayu di Istana Negara.
Bernama melaporkan, Rabu (31/1), upacara tersebut juga menandai dimulainya masa pemerintahan Sultan Ibrahim sebagai pilar kedaulatan bangsa, perdamaian dan persatuan negara sesuai dengan Konstitusi Federal.
Sultan Ibrahim, 65 tahun, saat mengambil sumpah jabatan, berjanji akan memerintah secara adil dan senantiasa menjaga kesucian Islam, perdamaian, dan kesejahteraan rakyat.
Pada upacara tersebut, Sultan Perak, Sultan Nazrin Shah, 67 tahun, juga mengambil sumpah jabatan sebagai Wakil Raja, melengkapi sistem monarki konstitusional yang dianut di negara tersebut.
Sultan Ibrahim dan Sultan Nazrin Shah masing-masing dipilih untuk menduduki jabatan tersebut oleh Penguasa Melayu pada Pertemuan (Khusus) ke-263 Konferensi Penguasa pada bulan Oktober tahun lalu, untuk memerintah selama lima tahun, mulai hari ini.
Malaysia adalah salah satu dari 43 negara yang menganut sistem monarki konstitusional, namun sistem bergilir dalam memilih seorang raja dari sembilan penguasa Melayu adalah satu-satunya sistem yang ada di dunia.
Sejauh ini, Malaysia memiliki 17 raja yang bergiliran memerintah selama lima tahun.
Baca Juga; Sultan Ibrahim dari Johor Diangkat menjadi Raja Baru Malaysia
Dan hari ini, setelah 35 tahun, Standar Kerajaan Yang di-Pertuan Agung sekali lagi dikibarkan di Johor. Terakhir kali pengibaran bendera negara adalah ketika ayah Sultan Ibrahim, mendiang Paduka Ayahanda Sultan Iskandar, terpilih menjadi Raja ke-8 yang memerintah pada 25 April 1984 hingga 25 April 1989.
Sultan Ibrahim dan Sultan Nazrin Shah mengambil sumpah dan menandatangani surat-surat jabatan di hadapan Penguasa Melayu lainnya dari Terengganu, Selangor, Negeri Sembilan, Perak dan Kedah, Bupati Johor, Pahang dan Perlis dan Tengku Mahkota Kelantan, Gubernur Melaka, Penang, Sabah, Sarawak serta para pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Upacara di Balairung Seri (Ruang Tahta) dilaksanakan pada Rapat (Khusus) Konferensi Penguasa ke-264 yang dipimpin oleh Sultan Mizan Zainal Abidin dari Terengganu.
Sultan Ibrahim juga menandatangani proklamasi pelantikan Yang di-Pertuan Agung ke-17 dan Sultan Nazrin, jabatan Wakil Yang di-Pertuan Agung.
Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim kemudian membacakan instrumen proklamasi yang secara resmi menandakan kenaikan takhta federal Sultan Ibrahim sebagai Kepala Negara Tertinggi Malaysia yang baru, sesuai dengan undang-undang dan Konstitusi Federal.
Hadir pula dua Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi dan Datuk Seri Fadillah Yusof.
Sultan Ibrahim menggantikan Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah dari Pahang yang lima tahun pemerintahannya sebagai Yang di-Pertuan Agung ke-16 berakhir kemarin. Al-Sultan Abdullah naik takhta federal pada 31 Januari 2019.
Pada upacara tersebut, Penjaga Stempel Penguasa Tan Sri Syed Danial Syed Ahmad juga menjelaskan kepada para penguasa dan gubernur Melayu bahwa pertemuan Konferensi Penguasa memiliki sejarah yang sangat mendalam dengan Kesultanan Johor.
“Maafkan saya, Yang Mulia. Izinkan saya menjelaskan bahwa pertemuan ke 264 ini dihitung sejak Februari 1948 ketika Konferensi Para Penguasa pertama kali didirikan menyusul pembubaran Uni Malaya pada tanggal 31 Januari 1948, dan digantikan oleh Perjanjian Federasi Malaya.”
“Kebetulan sidang pertama Konferensi Penguasa dipimpin oleh penguasa Melayu paling senior saat itu, Mayjen Sir Ibrahim, Sultan Johor, kakek buyut Yang Mulia Raja,” ujarnya.
Usai upacara, Sultan Ibrahim juga memberikan audiensi perkenalan beberapa pejabat, antara lain Ketua Hakim Tun Tengku Maimun Tuan Mat, Ketua Dewan Rakyat Tan Sri Johari Abdul, Panglima TNI Tan Sri Mohammad Ab Rahman, Irjen Polisi Tan Sri Razarudin Husain dan Sekretaris Utama Pemerintah Datuk Seri Mohd Zuki Ali.
Sebelumnya hari ini, sekitar 30.000 orang di Johor berkumpul di sepanjang jalan, mulai dari Istana Bukit Tenang hingga Bandara Internasional Senai (LTAS) di Kulai, pada pukul 06.30 pagi, untuk menyaksikan keberangkatan Sultan Ibrahim ke Kuala Lumpur untuk mengambil sumpah di kantor Raja Malaysia yang baru.