Tokyo, Gatra.com - Chief Executive Officer Toyota Motor Corp., Koji Sato, , Senin malam (29/1), meminta maaf kepada para pelanggan, pemasok dan dealer atas skandal pengujian yang kesekian kalinya.
Masalah terbaru pada produsen mobil terbesar di Jepang ini melibatkan pengujian yang diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi dari pemerintah Jepang di Toyota Industries Corp, yang membuat mesin diesel. Merespon temuan ini, Toyota Motor Corp. akan menghentikan sementara pengiriman 10 model kendaraan
Sebuah komite investigasi menemukan ketidakberesan selama pengujian output tenaga kuda. Investigator melakukan pengukuran berdasarkan modul komputer yang menjalankan perangkat lunak yang berbeda dengan perangkat lunak yang digunakan untuk produksi massal. Hal itu menghasilkan nilai dengan variasi yang lebih sedikit.
Hasil yang salah ditemukan pada pengujian sertifikasi dan inspeksi sampel lainnya untuk mesin yang mengklaim bahwa produknya memenuhi standar padahal sebenarnya tidak, menurut Toyota.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk melanjutkan produksi sesegera mungkin," kata Sato dalam konferensi pers yang diadakan dengan tergesa-gesa pada hari Senin malam di kantor Toyota di Tokyo.
"Manajemen tidak dapat sepenuhnya memahami dan melacak rincian apa yang terjadi di lapangan," katanya.
Skandal Berulang
Kecurangan dalam pengujian sebelumnya muncul tahun lalu di Daihatsu Motor Corp. Daihatsu dimiliki 100% oleh Toyota. Kecurangan tersebut terungkap karena adanya whistleblower, berlangsung selama beberapa dekade.
Pada tahun 2022, Hino Motors, produsen truk yang juga merupakan bagian dari grup Toyota, mengatakan bahwa mereka telah memalsukan data emisi secara sistematis sejak tahun 2003.
Tidak ada kecelakaan besar yang dilaporkan sehubungan dengan kecurangan tersebut, tetapi berita tersebut telah menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan di perusahaan-perusahaan tersebut, dan juga di Toyota.
Produksi telah dihentikan untuk banyak model grup Toyota hingga pengujian yang tepat dapat dilakukan, meskipun orang-orang yang telah memiliki model-model tersebut dapat terus mengemudikannya dengan aman, menurut perusahaan-perusahaan tersebut.
Akar Masalah Skandal Berulang
Ketika ditanya tentang akar penyebab dari skandal yang berulang, Sato mengatakan perlu komunikasi yang lebih baik antar perusahaan-perusahaan. Serta pendidikan yang lebih menyeluruh tentang pentingnya mematuhi peraturan.
Dia juga mengakui bahwa para pekerja merasakan tekanan untuk mengambil jalan pintas dalam industri yang sangat kompetitif. Manajemen Toyota perlu lebih memahami apa yang terjadi di lapangan seiring dengan perkembangan teknologi industri otomotif yang sangat cepat, kata Sato.
"Kami menyadari bahwa tidak hanya orang-orang di lokasi pengujian, tetapi juga manajemen tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang sertifikasi," katanya.
Masalah terbaru ini mempengaruhi 7.000 kendaraan per bulan di Jepang dan 36.000 kendaraan di tingkat global yang dijual di Jepang, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia, tetapi tidak di Amerika Utara. Kendaraan tersebut termasuk Land Cruiser dan Hilux, menurut Toyota. Ke-10 model tersebut juga termasuk Hiace, Fortuner dan Innova.