Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa, inflasi nasional pada periode 2023 tetap terjaga di level 2,61%. Capaian tersebut lebih rendah dibanding dengan capaian pada 2022 sebesar 5,51%.
Menurut Airlangga, capaian inflasi nasional tersebut juga lebih baik dibanding dengan inflasi yang terjadi pada negara-negara yang tergabung pada G20. Negara tersebut di antaranya Arab Saudi, Italia, Cina, Argentina, Turkiye, Rusia, India, dan Amerika Serikat.
“Dan kita lihat dibandingkan dengan negara lain, kita menjadi salah satu negara degan inflasi rendah. Yang di bawah kita hanya Jepang yang angkanya mirip dengan kita, kemudian Saudi, Italia, dan Cina. Dibandingkan negara G20 lain, kita lebih baik dari Argentina, Turki, Rusia, India, bahkan Amerika Serikat (AS),” kata Airlangga dalam Konferensi Pers Hasil High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP), di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/1).
Airlangga menuturkan capaian tersebut merupakan kerjasama yang baik dari pemerintah pusat, daerah, dan Bank Indonesia. “TPID-TPID ini menjadi contoh kerjasama yg solid. Tentunya HLM TPIP menyepakati beberapa langkah strategis dan konsisten untuk menjaga inflasi,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Airlangga juga mengtakan bahwa, untuk tahun 2024 ini, Pemerintah telah menargetkan inflasi di level 2,5%. Adapun, untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah melakukan sejumlah langkah kebijakan seperti kebijakan moneter dan fiskal untuk mendukung pengendalian inflasi.
“Yang kedua mengendalikan inflasi Volatile food agar dapat terkendali di bawah 5 persen dengan fokus pada komoditas beras, aneka cabai, aneka bawang,” jelasnya.
“Kemudian juga menjaga ketersediaan pasokan dengan distribusi pangan untuk mitigasi risiko jangka pendek dan untuk mengantisipasi pergeseran musim panen, dan menjaga harga menjelang hari besar keagamaan,” imbuhnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengungkapkan bahwa, Inflasi inti 2023 terjaga rendah sebesar 1,80% (yoy) dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, dan kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.
Inflasi volatile food juga terkendali sebesar 6,73% (yoy) didukung oleh eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dengan TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah dalam mengendalikan harga pangan, termasuk dari dampak El Nino.
Inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 1,72% (yoy), sejalan minimalnya kebijakan penyesuaian harga komoditas yang diatur oleh pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan moneter yang pro-stability dan mempererat sinergi kebijakan dengan Pemerintah guna memastikan inflasi 2024 berada dalam kisaran 2,5±1%.