Jakarta, Gatra.com – Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko Yulianto Widodo, mengatakan bahwa kinerja subsektor logam dasar punya kontribusi besar terhadap PDB, setidaknya pada triwulan III tahun 2023.
“Alhamdulillah pertumbuhan PDB sektor ini selepas panemi Covid-19, itu pertumbuhannya negatif, tapi setelah itu selalu double digit. Angka terakhir di triwulan III 2023 itu 10,48%,” kata Eko dalam talkshow GATRA kolaborasi dengan The Purnomo Yusgiantoro Center bertajuk “Masa Depan Hilirisasi Minerba” di Menara Danareksa Jakarta Pusat, Sabtu (20/1/2024).
Eko menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, kata dia, hal itu disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor pertama adalah hadirnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
“Pembangunan IKN itu membutuhkan kebutuhan logam yang cukup besar dari segi konstruksi, baik dari baja dan sejenisnya,” ujar Eko.
Faktor kedua, kata Eko, adalah munculnya peningkatan permintaan luar negeri untuk industri hilir. “Jadi hasil-hasil hilirisasi yang sudah ada mendapatkan peningkatan yang cukup besar,” ujarnya.
Eko juga menyampaikan bahwa berdasarkan data dari Direktort Industri Logam Kemenperin hingga tahun 2023, Indonesia sudah memiliki sejumlah 56 smelter untuk mendukung jalannya hilirisasi.
Sejumlah 56 smelter itu berkapasitas total 27 juta ton dengan nilai investasi Rp309 trliun yang mempekerjakan sejumlah 127.000 tenaga kerja.
Dari sejumlah 56 smelter tersebut, sebanyak 44 smelter adalah untuk komoditas nikel pyro, 4 untuk komoditas nikel hydro, 5 untuk komoditas alumunimum dan refinery alumina, dan 1 tembaga.