Singapura, Gatra.com- Institut Perkotaan SMU akan melihat lebih dari sekedar pengembangan infrastruktur, dan akan mempertimbangkan aspek sosial-budaya dari urbanisasi, serta keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan kota.
Institut Perkotaan SMU diresmikan oleh Sim Ann, Menteri Senior Negara Urusan Luar Negeri dan Pembangunan Nasional. Ia mengucapkan selamat kepada SMU atas peluncuran Institut Perkotaan yang didedikasikan untuk menjawab tantangan-tantangan yang terus berkembang dalam hal urbanisasi dan perencanaan kota di Asia.
Menurutnya, meskipun Singapura telah mengatasi beberapa masalah tersebut, tantangan terus berkembang karena semakin banyaknya tekanan yang terjadi di perkotaan. Oleh karena itu, penting bagi suatu kota untuk belajar dari kota-kota lainnya, dan mengeksplorasi solusi kolaboratif untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Baca juga: Jakarta Architecture Festival 2023 Ikut Menampilkan Instalasi Limbah Plastik
"Pada masa-masa awal kemerdekaan kami, Singapura mengalami tantangan perkotaan yang akut: kepadatan penduduk, permukiman kumuh, kemacetan lalu lintas, pencemaran lingkungan, banjir, dan kekurangan air. Tantangan-tantangan ini masih menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak kota di seluruh dunia, bahkan hingga saat ini," kata Menteri Sim dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (19/1).
Menteri Sim menjelaskan bahwa solusi perkotaan yang dikembangkan oleh Singapura sangat menarik. "Bahkan ketika kami belajar dan mengadaptasi ide-ide bagus dari negara lain. Institut Perkotaan SMU akan memainkan peran penting dalam mempromosikan pertukaran pengalaman dan penelitian antara Singapura dan negara-negara tetangga kami di Asia, serta membantu para pembuat kebijakan dan praktisi untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi semua," jelasnya.
Dipimpin oleh Associate Professor bidang Geografi SMU, Orlando Woods, yang juga menjabat sebagai Dekan Pembantu (Program Penelitian dan Pascasarjana) pada College of Integrative Studies di universitas tersebut, Institut Perkotaan SMU merupakan lembaga penelitian pertama di Asia Tenggara yang bertujuan untuk membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di Asia.
Baca juga: JIAF 2023: Forum Diskusi dan Pameran untuk Majukan Arsitektur dan Desain di Jakarta
Institut Perkotaan SMU akan membahas pengalaman indrawi, sosial-budaya dan ekonomi yang berkaitan dengan kehidupan kota, ketidaksetaraan yang timbul dari akumulasi kekayaan, dan bagaimana infrastruktur dalam bentuk bangunan, kebijakan dan peraturan dapat membatasi atau meningkatkan pertumbuhan kota. Institut ini akan memainkan peran sebagai penghubung antara para akademisi, pembuat kebijakan, komunitas dan industri untuk saling berhubungan dan terlibat satu sama lain.
Memperhatikan relevansi dan implikasi dari institut baru ini, Ketua SMU, Piyush Gupta, mengatakan, perpaduan antara praktik pembangunan kota yang lama dan baru juga menambah kerumitan. "Kota-kota kita menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari pergeseran demografis akibat migrasi hingga meningkatnya permintaan akan akses pendidikan dan pekerjaan," jelasnya.
Untuk itu, mempertimbangkan tantangan-tantangan ini, Institut Perkotaan SMU akan membangun misi universitas untuk mempromosikan penelitian terapan yang mengatasi masalah-masalah sosial dengan menciptakan pusat bagi para perencana kota, perancang, ekonom, ilmuwan sosial, dan pembuat kebijakan untuk berkumpul dan mengeksplorasi berbagai solusi secara kolaboratif.
"Gejolak yang terjadi baru-baru ini yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan pergeseran geopolitik semakin meningkatkan urgensi dari penelitian yang akan dilakukan dalam kerangka ini," tegas Piyush.
Presiden SMU, Profesor Lily Kong menambahkan, pendirian institut ini sebagai entitas setingkat universitas menandakan niat kuat untuk melampaui batas-batas disiplin ilmu tunggal dan menempa penelitian kolaboratif multi dan interdisipliner. "Investasi kami dalam mendirikan Institut Perkotaan SMU tidaklah berlebihan," tambahnya.
Dia menyebut hal sebagai upaya untuk melakukan riset yang mendalam dan teliti untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kota. "Namun lebih dari itu, pendirian UI merupakan upaya untuk meletakkan fondasi bagi pembangunan kota-kota yang layak huni, tangguh, dan inklusif di Asia. Seiring dengan pertumbuhan kota-kota di Asia yang sangat cepat, potensi transformatif UI menjadi semakin nyata," jelasnya.
Tiga pilar penelitian Institut Perkotaan SMU
Dalam cakupan geografi perkotaan, ekonomi perkotaan dan ekonomi perilaku, kebijakan publik, manajemen operasi, dan analisis data geospasial, Institut Perkotaan SMU akan mengkonsolidasikan penelitian terkait perkotaan yang sudah ada di SMU dan menghasilkan arah penelitian baru.
Baca juga: Menatap Jakarta Kini dan Nanti Lewat Exposisi Reinvent Jakarta
Dengan pendekatan penelitian interdisipliner yang menjembatani penelitian teoritis dan terapan, ilmu data dan ilmu sosial kritis, industri dan akademi, Institut Perkotaan SMU akan memfokuskan penelitiannya pada tiga pilar, yaitu Kehidupan Perkotaan, Pertumbuhan Perkotaan, dan Infrastruktur Perkotaan.
Assoc. Prof. Woods mengatakan, model perencanaan dan desain perkotaan berasal dari Barat, tetapi menjadi semakin penting bagi industri, pembuat kebijakan dan akademisi untuk belajar dari pengalaman perkotaan di Asia untuk lebih memahami bagaimana mengatasi tantangan yang berkembang yang dihadapi di perkotaan.
Institut Perkotaan SMU yang baru ini akan menempatkan berbagai tantangan tersebut (yang saat ini menjadi bagian dari pertumbuhan Asia) di garis depan agenda penelitian kami untuk memberikan wawasan dan solusi yang lebih baik, demi masa depan yang lebih tangguh, adil, dan berkelanjutan bagi para penghuni kota," jelas dia.