Jakarta, Gatra.com - Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi pada Kementerian ESDM mencatat, rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) dari periode Januari-Desember 2023 di kisaran US$78,43 per barrel.
Rata-rata harga minyak mentah tersebut tercatat lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu pada periode Januari-Desember 2022 yang sebesar US$97,02 per barrel. Namun, rata-rata harga ICP pada 2023 lebih besar jika dibanding pada periode yang sama 2021 yang sebesar US$68,47 per barrel.
“Harga ICP 2023 memang lebih tinggi dari 2021 demikian juga penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga demikian (lebih tinggi),” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/1).
Dengan demikian, penurunan harga minyak menyah tersebut berdampak pada berkurangnya kontribusi sektor Migas dalam PNBP 2023.
Dalam paparannya, Tutuka menjelaskan bahwa, PNBP sektor Migas pada 2023 tercatat sebesar Rp117 triliun. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan tahun 2022 yang sebesar Rp148,70 triliun.
“Di tahun 2023 itu menurun dari 2022 karena mengukuti ICP,” jelasnya.
Lebih rinci, realisasi PNBP minyak bumi pada 2023 berkontribusi senilai Rp89,92 triliun pada capaian PNBP 2023, nilai tersebut lebih rendah dibanding dengan capaian 2022 yang sebesar Rp118,20. Sedangkan, realisasi PNBP Gas Bumi tercatat sebesar Rp27,07 triliun, nilai itu juga lebih rendah dibanding dengan capaian tahun 2022 yang sebesar Rp30,49 triliun.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mencatat bahwa, realisasi investasi di sektor ESDM per selama tahun 2023 mencapai US$30,3 miliar. Nilai tersebut meningkat 11% dibanding dengan capaian investasi pada 2022 lalu yang tercatat sebesar US$27 miliar.
Lebih rinci pada 2023, sektor Migas menjadi penyumbang investasi yang terbesar yaitu sebesar US$15,6 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor Minerba sebesar US$7,46 miliar, Listrik US$5,8 miliar dan Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) sebesar US$1,5 miliar.
“Ini kalo kita meliat tren ini, kita memiliki tren yang cukup baik sebelumnya di 2018, 2019 kemudian di 2020 kita adanya covid dan mulai recovery lagi 2021, 2022 dan kemudian lonjakannya terjadi di 2023 realisasnya adalah US$30,3 miliar,” kata Arifin dalam Konferensi pers capaian sektor ESDM Tahun 2023 & Program Kerja Tahun 2024, Senin (15/1).