Jakarta, Gatra.com- Ismail Fahmi, Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, kembali menganalisis panggilan positif maupun negative beberapa capres di media sosial, 12/1. Nama itu antara lain Samsul, Wan Angin-Den Wadas, Abah Owl/Online, AyahBowo, El Chef, El Gemoy, dan El Chudai.
Dua nama pertama adalah negative calling, akan dibahas khusus. "Dua nama berikutnya adalah positive calling, dibahas sekarang," tulis Ismail Fahmi di X. Dua nama yang dianalisis yaitu Abah Owl/Online dan AyahBowo. Mana yang natural dan mana yang artifisial atau rekayasa.
Munculnya "Abah"
Sebutan "Abah" mulai mendapatkan perhatian di Twitter, 30 Desember 2023, dengan puncak interaksi terjadi 2 Januari 2024. Tren kemunculannya menunjukkan suatu pola lonjakan alami, di mana terdapat peningkatan bertahap yang diikuti dengan penurunan yang juga bertahap.
Contoh cuitan yang ditampilkan dalam grafik tersebut mengutip pengguna Twitter @ifrauzt yang menyebut "Abah" dalam konteks yang tampaknya mengacu pada seorang individu, dengan cuitan yang mendapat 7 retweets dan 79 likes pada 30 Desember 2023.
Munculnya "AyahBowo"
Sebutan "AyahBowo" memiliki pola kemunculan yang berbeda, dengan tren yang lebih datar dan terlihat memiliki fluktuasi yang kurang alami. Meskipun ada peningkatan sebutan yang terjadi sekitar tanggal yang sama dengan "Abah", puncaknya tidak setinggi "Abah" dan terjadi penurunan yang sangat tajam setelah 9 Januari 2024.
Sebagai contoh, cuitan dari pengguna Twitter @agathadew_ pada 9 Januari 2024 yang juga menyebut "AyahBowo" dalam konteks yang tampaknya positif, mendapat 163 retweets dan 207 likes.
Analisa
Peta Social Network Analysis (SNA) percakapan diambil untuk sampel periode 30-31 Desember 2023, untuk mengetahui pada saat awal kemunculannya apakah natural atau tidak.
Tampak pada periode itu, saat awal "Abah" muncul dalam percakapan, ada satu klaster besar yang di dalamnya ada akun-akun dengan node besar dari kalangan "Netral" dan kalangan "Pro Anies". Jumlah akun yang terlibat pecakapan juga cukup tinggi, minimal sebanyak 60K akun.
"Itu memperlihatkan adanya interaksi natural antar pengguna. Jumlah akun sebegitu banyak sulit dilakukan melalui pola bot," Kata Fahmi dalam unggahannya.
Bot adalah robot digital yang bisa diprogram dengan berbagai perintah untuk menjalankan serangkaian pekerjaan atau instruksi yang diberikan oleh pengguna. Buzzer menggunakan bot untuk mengerjakan tugas berulang. Bot mampu melakukan pekerjaan tersebut dengan lebih akurat dan efisien daripada manusia.
"Untuk memastikan lagi apakah percakapan tentang "Abah" ini terpisah dari kelompok pengguna yang sudah ada, kita bandingkan dengan percakapan tentang Capres 01, dimana panggilan ini ditujukan kepadanya," katanya.
Peta SNA gabungan memperlihatkan gambaran yang sama, dimana hanya tampak satu klaster yang sangat besar dan interaksinya sangat padat. Ada sekelompok akun Netral yang banyak mendapat retweet berbicara tentang Abah dan Capres 01.
"Dan tampak akun-akun dari kalangan Pro Anies yang lebih banyak membahas tentang Capres 01, tapi juga turut mengamplifikasi percakapan tentang Abah," urainya. Ini memperlihatkan percakapan tentang Abah memiliki irisan engagement (interaksi) yang kuat dan natural dengan percakapan tentang Capres 01.
Sedangkan, peta SNA percakapan tentang AyahBOWO ini memperlihatkan ada 6-10 akun yang mendapat retweet tinggi dari total 8K keseluruhan akun yang turut dalam percakapan.
Untuk mengetahui pola retweet ini apakah natural, kita akan sandingkan dengan percakapan topik lain yang natural. "Kita bandingkan dengan percakapan tentang Capres 02, dimana panggilan AyahBOWO ini ditujukan ke capres ini," ungkap Fahmi.
Dari peta SNA gabungan ini tampak bahwa percakapan tentang AyahBOWO tidak mendapat interaksi atau engagement dari kelompok pengguna dari klaster yang bercakapan tentang Capres 02, baik dari sub klaster Pro Prabowo, Media, apalagi dari Pro Anies, Pro Ganjar, dan Netral. Meski demikian, ada interaksi lemah dengan beberapa pengguna dari sub klaster Pro Prabowo.
Ini memperlihatkan bahwa topik AyahBOWO ini sifatnya eksklusif dari kelompok akun yang mengangkat nama ini. Kelompok akun yang natural yang bercakapan tentang Capres 02 tidak tahu atau tidak terlibat dalam percakapannya. "Ini berbeda dengan sebelumnya, dimana percakapan tentang Abah menyatu dengan percakapan tentang Capres 01," katanya.
Tingkat Interaksi
Abah: Menunjukkan tingkat interaksi yang tinggi dengan rata-rata 10 interaksi per cuitan (balasan, retweet), menandakan keterlibatan yang konsisten sepanjang waktu.
AyahBowo: Menunjukkan tingkat interaksi yang lebih rendah yaitu 0.58, dengan penurunan signifikan pada tanggal 11 Januari, yang dapat menunjukkan bahwa sebagian besar cuitan tidak menerima interaksi sama sekali. Ini merupakan indikator potensial dari percakapan yang tidak alami, kemungkinan posting otomatis.
Distribusi Jumlah Follower
Abah: Sebagian besar cuitan berasal dari pengguna dengan 51-100 pengikut, dan hanya persentase kecil dari akun dengan pengikut sangat sedikit. Distribusi ini tampak alami, karena menunjukkan berbagai akun yang berinteraksi dengan konten tersebut.
AyahBowo: Persentase tinggi cuitan berasal dari akun dengan sangat sedikit pengikut (0-25), yang bisa menunjukkan adanya akun bot atau akun yang baru dibuat, seringkali dikaitkan dengan aktivitas yang tidak organik.
Distribusi Lokasi
Abah: 10 kota teratas tempat pengguna berasal semuanya ada di Indonesia, menunjukkan minat lokal yang terkonsentrasi dan berpotensi organik.
AyahBowo: Dari kota teratas, hanya dua yang dari Indonesia, dengan yang lain tersebar di berbagai lokasi internasional. Jumlah cuitan yang mirip dari kota-kota yang beragam ini bisa menunjukkan perilaku yang terkoordinasi atau otomatis, yang tidak tipikal untuk percakapan alami yang cenderung lebih terkonsentrasi secara geografis.
Berdasarkan poin-poin di atas, "Abah" tampaknya memiliki lebih banyak ciri-ciri percakapan alami dengan keterlibatan yang konsisten, distribusi pengikut yang lebih dapat dipercaya, dan basis pengguna yang terkonsentrasi secara geografis.
"Di sisi lain, AyahBowo menunjukkan tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan adanya aktivitas bot atau pola percakapan yang tidak alami, seperti tingkat interaksi yang rendah, jumlah tinggi cuitan dari akun dengan pengikut sangat sedikit, dan basis pengguna yang tidak biasa tersebar secara internasional," pungkasnya.