Jakarta, Gatra.com - Pencalonan Gabriel Attal sebagai Perdana Menteri Perancis, membuat para pemimpin muda menjadi lebih menonjol di kancah politik internasional.
Pasalnya, Gabriel Attal telah resmi ditunjuk sebagai Perdana Menteri Prancis yang baru, menggantikan Elisabeth Borne, seperti yang disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya.
Pada 9 Januari 2024, Attal yang masih berusia 34 tahun itu menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Prancis. Pada usia 17 tahun, pemimpin muda ini bergabung dengan Partai Sosialis, yang meluncurkan karir politiknya.
Setelah menjabat sebagai juru bicara pemerintah selama epidemi Covid-19, Attal diangkat menjadi menteri junior di kementerian keuangan. Selanjutnya, pada tahun 2023, ia diangkat menjadi menteri pendidikan, hingga akhirnya membuat Attal terkenal secara luas.
Ia menjadi salah satu anggota kabinet Macron yang paling terkenal karena bakat dan kemampuan komunikasinya yang luar biasa. Attal baru-baru ini bercerita tentang pengalamannya diintimidasi oleh teman-teman lamanya di sekolah menengah dalam sebuah program TV terkenal.
Narasi tersebut menarik perhatian pada isu intimidasi di tahap awal revolusi internet, ketika Attal menjadi sasaran kekerasan fisik melalui blog. Macron berpendapat Attal akan membawa semangat ambisius dan antusiasme yang sama terhadap perubahan dalam peran barunya sebagai Perdana Menteri Prancis.
Macron awalnya terpilih pada tahun 2017 dengan harapan besar akan transformasi dramatis. Macron percaya pada dorongan dan dedikasi Attal untuk menjunjung tinggi keunggulan dan keberanian yang mendefinisikan pemerintahannya.
"Saya tahu saya dapat mengandalkan energi dan komitmen Anda," kata Macron di X.
Pada Selasa, 9 Januari 2024, sehari setelah dilantik sebagai PM, Attal turun ke lapangan dan mengunjungi wilayah utara Prancis yang rawan banjir. Kunjungan ini dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan dan persatuan di dalam negeri sekaligus menjanjikan langkah-langkah perbaikan yang signifikan.
Pemimpin muda Perancis ini menekankan kepada masyarakat bahwa pemerintah selalu mendukung mereka di saat-saat sulit ketika ia melakukan kunjungannya.
Gibran Rakabuming Raka yang masih menjadi calon wakil presiden Indonesia juga memberikan pandangan baru serupa. Jika Gibran Rakabuming dan Prabowo Subianto memenangkan Pemilu 2024, Gibran Rakabuming Raka yang berusia 36 tahun, mungkin saja bisa menjadi contoh bagi pemimpin muda Indonesia di masa depan.
Pengamat Sosial Politik Dan Budaya sekaligus Pemerhati Hukum, Agus Widjajanto menilai Gibran adalah sosok yang berkarakter kuat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan memiliki sikap sederhana namun percaya diri. Calon wakil presiden nomor urut 2 ini juga dinilai tidak takut mengambil risiko, analitis, dan inventif dalam mempelajari keterampilan baru.
"Gibran sebagai generasi muda memiliki karakter kuat dan rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, tidak minder tapi juga tidak arogan. Gibran juga berani mengambil risiko, berpikiran kritis dan kreatif serta berani mempelajari hal-hal baru," kata Agus Widjajanto dalam keterangannya dikutip Rabu (10/1).
Agus menegaskan, pemimpin muda masa depan seperti Gibran Rakabuming dapat memberikan wawasan baru dan strategi inovatif untuk mengatasi beragam permasalahan dan hambatan yang dihadapi Indonesia. Jika terpilih mendampingi Prabowo, Gibran diyakini akan menyelesaikan masalah dengan cara yang kreatif dan baru.
Agus mengeklaim kebangkitan pemimpin muda di Indonesia, seperti Gibran telah menghidupkan kembali gairah pemilih. Khususnya di kalangan milenial.
Sebagai seorang pemimpin muda, Gibran juga menunjukkan kekuatannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan generasi muda. Hal ini terlihat dari kemampuannya memanfaatkan media sosial untuk terhubung dengan warganya dan audiens yang lebih luas.
Penggunaan platform digital ini bukan hanya sebagai alat kampanye, tetapi juga sebagai sarana untuk mendengarkan dan menyerap aspirasi publik. Keterampilan komunikasinya yang efektif dan cara pandangnya yang terbuka terhadap teknologi dan inovasi memberikannya keunggulan dalam memimpin generasi yang terus berubah dan semakin berorientasi digital.
Dengan semua atribut ini, potensi Gibran sebagai pemimpin muda Indonesia tampak cerah. Kemampuannya untuk menggabungkan pendekatan tradisional dengan inovasi modern memberikannya keunikan dalam memimpin.
Kepemimpinannya menawarkan harapan baru bagi masa depan Indonesia, di mana pemimpin yang adaptif, responsif terhadap perubahan, dan dekat dengan rakyat sangat dibutuhkan.
Dalam perjalanan politiknya, Gibran tidak hanya berpotensi membawa angin segar ke kancah politik nasional. Tetapi juga memperkuat harapan terhadap generasi pemimpin muda yang dapat mendorong Indonesia menuju kemajuan yang berkelanjutan dan inklusif.