Jakarta, Gatra.com - Para Menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) dedengkot Koalisi Indonesia Maju yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkumpul bersama di acara seminar yang membahas pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut (giant sea wall).
Menurut pantauan Tim Gatra, Airlangga hadir menggunakan baju batik warna biru dan celana bahan berwarna hitam. Prabowo menggunakan kemeja batik lengan panjang berwarna coklat dan Zulhas mengunakan baju batik berwarna biru.
Dalam undangan yang terima Gatra, Menteri yang direncanakan hadir, dalam seminar tersebut yaitu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto, PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN.
Adapun pembahasan pembangunan giant see wall tersebut sebagai salah satu strategi perlindungan kawasan pulau Jawa akibat dari ancaman erosi, abras, banjir, penurunan permukaan tanah/Land Subsidence di sepanjang daerah Pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa.
“Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat ridho dan perkenan-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu dalam acara Seminar Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa melalui pembangunan Giant Sea Wall pada pagi ini,” kata Airlangga pada Rabu (10/1).
Airlangga mengatakan, dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yaitu "Indonesia Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan", salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mewujudkan pemerataan pembangunan.
Adapun, upaya pemerataan pembangunan tersebut melalui percepatan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan usaha, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi.
Menurut Airlangga, Pemerintah telah menyiapkan skenario jangka panjang untuk memitigasi risiko bencana perubahan iklim di Pantura Jawa melalui Konsep Pembangunan Giant Sea Wall atau Tanggul Laut.
Pemerintah berharap kebijakan infrastruktur tersebut tidak hanya berperan sebagai bangunan pelindung, namun sekaligus juga sarana konservasi lingkungan kelautan dan perbaikan kehidupan masyarakat, penyediaan sanitasi dan air bersih lepas pantai, peningkatan konektivitas antar wilayah, serta penataan ruang dan pengembangan kawasan baru yang inklusif dan adaptif.
“Untuk itu, melalui penyelenggaraan seminar hari ini kami berharap dapat menjadi pemantik semangat kita bersama mewujudkan pembangunan berkelanjutan, ketahanan, dan pertumbuhan inklusif, dengan Pulau Jawa sebagai salah satu garda depan dalam perjalanan transformatif ini,” pungkasnya.