Solo, Gatra.com - Dokter Lo Siauw Ging atau yang lebih dikenal sebagai Dokter Lo tutup usia. Dokter yang dikenal karena kedermawanannya ini meninggal di usia 90 tahun.
Dokter Lo mengembuskan napas terakhir di RS Kasih Ibu Solo pada pukul 14.00 WIB. Ia dirawat di rumah sakit itu sejak 5 Januari 2024.
”Sudah dirawat sejak tanggal 5 Januari. Beliau sudah sepuh, sudah 90 tahun,” kata Manajer Humas dan Pemasaran RS Kasih Ibu Solo, Divan Fernandes, Selasa (9/1).
Karena usianya, Dokter Lo sering masuk rumah sakit. Bahkan selama beberapa bulan terakhir ia mendapat perawatan secara intensif.
Sumartono Hadinoto, salah satu tokoh masyarakat Solo, menambahkan, Dokter Lo menjalani perawatan di rumah sakit beberapa kali.
”Belia sudah sepuh, berkali-kali keluar masuk rumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit lagi sejak Jumat, beliau sudah pulang paksa ke rumah. Sesudah pulang, beberapa hari kemudian kondisinya tidak membaik. Lalu Jumat masuk (RS) lagi dan hari ini meninggal,” imbuh Sumartono.
Sebelum ini, beberapa kali beredar kabar bohong bahwa Dokter Lo meninggal. Bahkan dalam sebulan ini, dokter dermawan ini beberapa kali dikabarkan wafat.
”Terakhir tiga hari lalu juga diberitakan meninggal. Saya malah dikirimi foto (kabar duka cita) yang diberi lilin. Tapi (Dokter Lo) meninggal beneran ya baru hari ini pukul 14.00 WIB,” kata Pelaksana Harian Ketua Palang Merah Indonesia Solo ini.
Sosok Dokter Lo sangat melekat di hati masyarakat Solo dan sekitarnya karena dirinya selalu memberi pengobatan kepada pasien yang tidak mampu secara cuma-cuma.
“Semua pasien tidak mampu digratiskan. Dokter Lo tak pernah meminta ongkos berobat dari mereka. Bahkan jika perlu sampai dibelikan obatnya,” beber Sumartono.
Karena kebaikannya, beredar sejumlah kisah tentang Dokter Lo. Salah satunya tentang situasi rumah Dokter Lo saat kerusuhan 1998.
”Saat kerusuhan 1998 rumah Dokter Lo sampai dijaga warga sekitar. Enggak ada yang berani ganggu karena sosok Dokter Lo,” katanya.
Semasa hidupnya, Dokter Lo membuka praktik dokter umum di rumahnya. Pasien dari berbagai kalangan, termasuk warga miskin, berdatangan untuk berobat. "Dalam sehari biasanya banyak pasien yang datang dan minta digratiskan,” ujarnya.
Menurut Sumartono, kedermawanan Dokter Lo sejalan dengan prinsip hidupnya. Bahwa profesi sebagai dokter harus lebih banyak menolong orang.
“Perkataan Dokter Lo yang selalu saya ingat adalah ‘kalau mau kaya jangan jadi dokter, tapi jadi pebisnis’. Itu pesan ayahnya. Karena dokter tugasnya menyehatkan orang sakit, bukan mencari uang,” ungkap Sumartono.