Home Politik CSIS Sebut Ketiga Paslon Tak Singgung Soal Rivalitas Amerika Serikat Dan China

CSIS Sebut Ketiga Paslon Tak Singgung Soal Rivalitas Amerika Serikat Dan China

Jakarta, Gatra.com- Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memberikan sejumlah catatan dalam debat ketiga capres yang membahas pertahanan di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/1) malam.

Ketua Departemen Hubungan Internasional dan Peneliti CSIS, Lina Alexandra mengatakan, ketiga paslon tak menyinggung soal rivalitas Amerika Serikat dan China. Ia menilai hal itu perlu dibahas karena berpengaruh ke Indonesia.

"Ada dua catatan terkait apa yang hilang dari debat kemarin. Yang pertama tidak ada satu paslon yang langsung menyebutkan mengenai tantangan global terbesar yang harus dihadapi oleh Indonesia yaitu meningkatnya atau semakin intensifnya rivalitas di antara kekuatan-kekuatan super power dunia khususnya Amerika serikat dan Tiongkok," kata Lina, Senin (8/1).

​​​​​​Baca juga: Timnas AMIN, Beri Nilai 100 untuk Anies di Debat Capres Putaran Ketiga

Terutama dalam hal kebijakan dari dampak rivalitas itu. “Bagaimana kebijakan luar negeri akan diambil dan diarahkan terkait dampak rivalitas tersebut, tentunya akan merambah bidang-bidang lain, selain konflik militer yaitu penguasaan teknologi, energi dan sebagainya,” sambungnya.

Menurut Lina, ketegangan rivalitas dua negara super power itu akan berdampak pula dengan prinsip politik Indonesia yang bebas aktif.

Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto memberikan pernyataan dalam debat ketiga Capres digelar KPU. (GATRA/ Ardi Widi Yansah)

"Dengan demikian, meskipun paslon menyebutkan pentingnya bebas aktif ya, Pak Ganjar menyebutkan akan redefinisi bebas aktif tapi konteksnya atau framework-nya tidak ada karena tidak menyebutkan tentang rivalitas tadi," jelasnya.

​​​​​​Baca juga: Tim Pemenangan Ganjar Mahfud Puas dengan Penampilan Jagoannya, Yenny Wahid: Sudah Pantas Jadi Presiden

Selain itu, menurut Lina, ketiga paslon juga tidak menyinggung struktur Kementerian Luar Negeri kedepan. Padahal hal itu dianggap sangat berperan dalam diplomasi Indonesia di mata dunia.

“Apakah struktur Kementerian Luar Negeri, dan jumlah sebaran perwakilan Indonesia di luar negeri, KBRI, konsulat dan sebagainya sebagai ujung tombak diplomasi apakah sudah efektif mendukung upaya diplomasi Indonesia,” tuturnya.

47