Jakarta, Gatra.com – Dalam catatan akhir tahunnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan terdapat tujuh catatan penting mengenai kondisi kesehatan dunia di tahun 2023 lalu.
Pertama, ketika Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan secara resmi bahwa Covid-19 bukan lagi darurat kesehatan global pada 5 Mei 2023 silam, meski tidak secara tegas mengatakan bahwa pandemi tersebut telah selesai.
“Pernyataan 5 Mei ini jelas mengubah dunia yang mengubah situasi pedih menjadi jauh lebih baik, walaupun kini kasus kita sedang naik dan tetap perlu antisipasi yang baik,” ujar Tjandra dalam catatannya Senin (1/1/2024).
Di samping itu, WHO juga menyatakan bahwa wabah cacar monyet (M-POX) bukan lagi kedaruratan kesehatan global. Tjandra berharap bahwa kalaupun akan ada wabah di 2024, maka wabah itu akan dapat diantisipasi dan ditangani lebih baik lagi.
“Di sisi lain, patut dicatat pula bahwa penyakit kolera menjadi perhatian dunia pula di tahun 2023, di mana dilaporkan ada lebih dari 40 wabah kolera sepanjang tahun yang lalu,” kata Tjandra.
Catatan kedua, terdapat tiga vaksin baru yang mendapat persetujuan WHO pada 2023, yaitu vaksin malaria, dengue, dan meningitis. Di level dunia juga terdapat tambahan 30 negara yang mengintroduksi vaksin human papilloma virus (HPV).
“Semoga di 2024 akan ada beberapa vaksin baru lagi untuk menanggani penyakit menular yang masih mengancam kesehatan dunia dan negara kita,” kata Tjandra.
Ketiga, Tjandra mencatat tahun lalu ada tiga negara yang dinyatakan bebas malaria, yaitu Azerbaijan, Tajikistan, dan Belize. Ia juga mencatat ada beberapa penyakit tropis yang terabaikan atau neglected tropical diseases (NDT) yang tereliminasi di beberapa negara, seperti penyakit tidur (sleeping sickness) di Ghana, trakoma di Benin, Mali, dan Iraq, serta kaki gajah (lympathic filariasis) di Bangladesh dan Laos.
“Tentu kita juga amat mengharapkan agar di masa mendatang, tahun 2024 dan tahun-tahun ke depannya, kerja lebih keras perlu dilakukan agar negara kita juga dapat mencapai eliminasi beberapa penyakit menular yang sampai sekarang masih jadi masalah kesehatan bangsa,” ujar Tjandra.
Catatan keempat, terdapat berbagai kesepakatan kebijakan kesehatan pimpinan negara dunia di 2023, antara lain tentang dampak kesehatan akibat perubahan iklim (climate change), pengembangan universal health coverage (UHC), serta program pengendalian tuberkulosis serta kesiapan untuk antisipasi pandemi yang akan datang.
Kelima, Tjandra mencatat perlu diketahui bahwa sampai sekarang dunia belum sepenuhnya siap untuk mengendalikan kemungkinan pandemi di masa datang. Menurutnya, masih banyak yang diperlukan untuk kesiapan dan respons terhadap masalah kesehatan dunia.
Dalam hal ini, kata Tjandra, perlu dicatat pentingnya persetujuan dari banyak negara di level gobal untuk menyetujui aturan baru bernama Pandemic Accord. Aturan itu disebut akan meningkatkan kerja sama kesehatan global antar-negara.
“Pandemic Accord ini, serta upaya memperkuat IHR atau International Health Regulations di tahun 2024 disebut sebagai upaya monumental untuk membangun dunia yang lebih aman dan sehat,” kata Tjandra.
Keenam, Tjandra mencatat bahwa di tahun 2023, dunia mengalami berbagai peristiwa kesehatan menyedihkan. Ia mengambil contoh apa yang terjadi di Gaza, Palestina. WHO mencatat ada lebih dari 20.000 orang terbunuh dan lebih 53.000 yang cedera. “Belum lagi serangan pada rumah sakit dan petugas kesehatan di sana, seperti kita ikuti juga di media nasional,” katanya.
Tjandra juga mencatat ada dampak kesehatan akibat perang di sekitar Suriah dan wilayah-wilayah lain. “Khusus untuk dampak kesehatan akibat perang ini, WHO menyatakan perlunya perdamaian untuk kesehatan dan untuk tercapainya perdamaian maka dibutuhkan status kesehatan pula, atau without peace, there is no health, and without health there can be no peace,” katanya.
Catatan terakhir, selain bicara dunia, menurut Tjandra, perlu juga mengharapkan agar derajat kesehatan bangsa Indonesia akan dapat lebih baik lagi di tahun 2024 ini. Ia mengatakan hal tersebut bisa dimulai dari diri sendiri, dengan cara memprioritaskan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
“Tahun 2024 juga akan ada pemerintahan baru di negara kita, yang kita harapkan akan memberi porsi penting pelaksanaan kebijakannya di bidang kesehatan masyarakat,” tandas Tjandra.